TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat senior Gedung Putih dan menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, diam-diam mau menjual jet tempur F-35 kepada Uni Emirat Arab setelah normalisasi hubungan dengan Israel.
Kesepakatan tertutup tanpa melibatkan Israel ini menimbulkan kebingungan di antara lembaga dan komite kongres yang tidak mengetahui tentang klausul penjualan F-35.
Kushner mendukung diskusi pemerintah dengan UEA tentang potensi penjualan senjata tingkat lanjut, yang dipimpin oleh Direktur Senior Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) untuk Timur Tengah, Miguel Correa, kata seorang pejabat senior pemerintah, seperti dilaporkan CNN, 21 Agustus 2020.
Tertutupnya diskusi ini telah menciptakan kebingungan di seluruh lembaga pemerintah AS, menurut dua pejabat Departemen Luar Negeri dan beberapa asisten kongres.
Trump mengatakan potensi penjualan F-35 ke UEA sedang ditinjau selama konferensi pers pada Rabu. Dia juga mengatakan bahwa UEA memiliki uang untuk membayar jet tempur mahal tersebut.
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, mengatakan kepada Atlantic Council pada Kamis bahwa syarat kesepakatan normalisasi dengan Israel termasuk menghapus hambatan penjualan F-35 ke Uni Emirat Arab.
"Kami memiliki permintaan yang sah yang ada di sana. Kami harus mendapatkan F-35... seluruh gagasan tentang keadaan berperang atau perang dengan Israel tidak ada lagi," kata Anwar Gargash dalam wawancara virtual dengan Atlantic Council, dikutip dari Reuters.
Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B mendarat di atas kapal induk serbu amfibi USS di perairan pulau paling selatan Jepang Okinawa 23 Maret 2018. F-35B mampu melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1.67 atau 2.065 km per jam. REUTERS/Issei Kato
Kementerian Luar Negeri UEA juga mengatakan pada Kamis bahwa UEA telah menerbangkan model paling canggih dari F-16 buatan AS selama lebih dari 15 tahun. "Menghadapi ancaman baru dan musuh yang lebih canggih, kami akan terus meningkatkan kemampuan pertahanan udara kami. F-35 telah menjadi bagian dari rencana ini selama lebih dari enam tahun," tulis pernyataan Kemenlu UEA.
"Dengan penandatanganan perjanjian baru dan jaminan tambahan yang diberikannya, kami mengharapkan kerja sama keamanan yang lebih erat di antara ketiga negara termasuk pertahanan dan sistem udara," lanjut pernyataan itu.
Namun, rumor penjualan jet tempur generasi kelima itu dibantah dan diprotes oleh perdana menteri Israel. Benjamin Netanyahu mengatakan penjualan F-35 bukanlah bagian dari kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab.
The New York Times melaporkan pada Rabu bahwa militer Uni Emirat Arab diberi pengarahan rahasia oleh pejabat pemerintahan Trump tentang jet tempur F-35 dalam beberapa pekan terakhir.
Laporan tentang kemungkinan kesepakatan senjata muncul Selasa ketika salah satu surat kabar terkemuka Israel menuduh ada "klausul rahasia" dalam kesepakatan Israel untuk menormalkan hubungan dengan UEA, yang akan memungkinkan UEA membeli miliaran dolar AS perangkat keras militer canggih dari AS, termasuk drone, pesawat tempur siluman F-35, dan persenjataan lainnya.
Laporan tersebut menimbulkan keresahan di Israel karena potensi ancaman terhadap superioritas militer Israel di kawasan Timur Tengah. Israel telah lama menentang penjualan sistem senjata strategis ke negara-negara lain di Timur Tengah dan berdasarkan hukum AS, setiap penjualan senjata harus mempertimbangkan keunggulan militer kualitatif Israel.
Amerika Serikat telah menjual F-35 kepada sekutu, termasuk Turki, Korea Selatan, Jepang, Israel, dan terakhir menyetujui penjualan 32 unit F-35 ke Polandia pada Januari meski baru bisa dikirim pada 2024. Setiap penjualan jet tempur F-35 ke negara lain juga harus melewati persetujuan kongres AS.