TEMPO.CO, Jakarta - Total klaim asuransi kerusakan akibat ledakan di Beirut mencapai US$ 425 juta atau Rp 6,2 triliun, menurut Pelaksana Tugas Menteri Ekonomi Lebanon Raoul Nehme.
Jumlah tersebut, kata Nehme, telah dihitung dari hampir 3.000 klaim asuransi yang diajukan beberapa hari setelah ledakan, dengan ribuan lagi diharapkan dalam beberapa minggu mendatang.
Dikutip dari Middle East Monitor, Nehme, yang memperkirakan jumlah klaim bisa mencapai 10.000, mendesak semua warga untuk menghubungi perusahaan asuransi mereka untuk menanyakan tentang pembayaran.
Sementara itu perusahaan asuransi masih menunggu hasil investigasi penyebab ledakan sebelum memproses dan membayar klaim.
Jika ledakan itu disimpulkan sebagai serangan teroris, perusahaan asuransi kemungkinan tidak akan melakukan pembayaran, menurut laporan New Arab.
Daily Star mengutip Elie Torbey, ketua Asosiasi Perusahaan Asuransi yang mengklaim pemegang polis asuransi tidak mungkin menerima pembayaran kecuali perjanjian asuransi mencakup kecelakaan yang melibatkan "bom, bahan kimia, bahan berbahaya atau tindakan perang atau tindakan terorisme ".
Para pekerja membersihkan puing-puing dari bangunan bersejarah yang hancur akibat ledakan di Beirut, Lebanon, 13 Agustus 2020. Sebanyak 70 dari 601 bangunan bersejarah yang hancur dapat roboh jika tidak segera direstorasi. Xinhua/Bilal Jawich
Ledakan tanggal 4 Agustus, yang menurut pejabat Lebanon, terjadi ketika 2.750 ton amonium nitrat terbakar di pelabuhan Beirut, menyebabkan kerusakan material yang luas, menghancurkan jendela dan balkon sejauh puluhan kilometer dari lokasi ledakan.
Gubernur Beirut Marwan Abboud memperkirakan lebih dari 300.000 warga Lebanon kehilangan tempat tinggal akibat ledakan tersebut. Hampir 200 orang dilaporkan tewas sementara ribuan lainnya terluka.
Penyelidikan penyebab ledakan di Lebanon dimulai awal pekan ini, dengan personel lokal dan internasional, termasuk penyelidik dari FBI AS akan membantu penyelidikan.
Direktur Jenderal Bea Cukai Beirut Badiri Daher, yang menjadi tahanan rumah beberapa hari setelah ledakan, telah ditangkap perihal penyebab ledakan.
Sebanyak 22 tersangka lainnya, termasuk mantan menteri dan menteri Lebanon saat ini akan diperiksa dalam beberapa hari mendatang.