TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, menegaskan kembali bahwa keputusan untuk berdamai dengan Israel tidak ditujukan untuk memprovokasi ataupun mengkhianati negara-negara Arab seperti Iran. Keputusan tersebut, kata Anwar Gargash, diambil karena memang merupakan hak Uni Emirat Arab dan bebas dari pengaruh negara manapun.
"Kesepakatan Uni Emirat Arab - Israel adalah hak kedaulatan kami, tidak untuk menyerang Iran. Kami tegaskan kembali, kami tidak menerima intervensi dari negara manapun dalam membuat keputusan," ujar Anwar Gargash, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 17 Agustus 2020.
Anwar Gargash melanjutkan, pihaknya sudah memanggil utusan Iran di Abu Dhabi untuk menjelaskan pernyataan Presiden Hassan Rouhani. Hassan Rouhani, sebagaimana diketahui, menyebut kesepakatan Uni Emirat Arab dan Israel sebagai pengkhianatan ke negara-negara teluk dan memperkeruh isu Palestina.
Pernyataan Hassan Rouhani tidak berhenti di situ. Ia juga menduga kesepakatan Uni Emirat Arab dan Israel tak lepas dari pengaruh Amerika. Hal itu mengingat Amerika sendiri memposisikan diri sebagai broker dari kesepakatan normalisasi tersebut.
Melihat sejarah konflik di Timur Tengah, pernyataan Hassan Rouhani beralasan. Dengan berdamainya UEA dengan Israel, maka UEA masuk dalam barisan sekutu Amerika. Amerika, sebagaimana diketahui, memandang Iran sebagai oposisi dan kunci konflik di Timur Tengah.
UEA dan Israel, sebelum berdamai, sesungguhnya sudah sama-sama memandang Iran sebagai masalah. Dengan keduanya bergabung, plus didukung Amerika, Hassan Rouhani tak berlebihan memandang kesepakatan itu sebenarnya untuk menyerang Iran.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui kapan utusan Iran akan menghadap Uni Emirat Arab.
ISTMAN MP | REUTERS