TEMPO.CO, Jakarta - Situasi yang memanas di Belarus mendorong NATO dan negara-negara tetangga bersiaga di kawasan perbatasan. Apalagi, Belarus berencana menggelar latihan militer di kawasan tersebtut pada pekan ini.
Salah satu negara yang mengawasi betul perbatasan Belarus adalah Polandia. Menurut Deputi Menteri Pertahanan Polandia Wojciech Skurkiewicz, pengawasan itu dilakukan untuk merespon situasi di Belarus yang tak kunjung reda.
"Kami memantau terus apa yang terjadi di Belarus, sama seperti negara-negara NATO. Di sisi lain, kami juga mengawasi perbatasan. Kami tidak ingin pasif," ujar Wojciech Skurkiewicz, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 17 Agustus 2020.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Belarus Alexander Lukashenko dalam kondisi terdesak usai memenang pilpres keenam kalinya. Gara-garanya, warga menduga ia mencurangi hasil pilpres untuk bisa tetap bertahan di kursi kepemimpinan. Ia sendiri adalah diktator terakhir di Eropa.
Sekarang, di Belarus, unjuk rasa dan kerusuhan sudah berlangsung selama kurang lebih sepekan. Sekitar 200 ribu warga turun ke jalan untuk memprotes Alexander Lukashenko dan meminta pemilu ulang. Namun, Alexander Lukashenko bergeming.
Alih-alih menjawab keluhan warga, Alexander Lukashenko menuduh ada intervensi asing di balik kisruh Belarus. Sembari meminta bantuan Rusia, yang awalnya ia musuhi, Alexander Lukashenko mengklaim bahwa militer NATO dan negara-negara tetangga seperti Polandia dan Lithuania sudah bersiaga di perbatasan untuk mencari masalah.
Wojciech Skurkiewicz menegaskan bahwa pihaknya tidak akan terjebak dalam intrik atau plot yang disiapkan oleh Belarus. Menurutnya, tidak ada satupun negara Eropa yang ingin mencari gara-gara dengan Belarus. Walau begitu, kata ia, perkembangan situasi di Belarus tak bisa diacuhkan.
Secara terpisah, Deputi Kementerian Luar Negeri Polandia, Pawel Jablonski, menyampaikan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dengan Uni Eropa soal sanksi untuk Belarus. Sikap Polandia, kata Jablonski, adalah sanksi hanya diberikan kepada mereka yang menggunakan kekerasan dan manipulasi saat serta sesudah Pilpres Belarus.
"Belarus juga perlu memiliki kesempatan untuk kooperatif dengan negara-negara Uni Eropa," ujar Jablonski menegaskan.
ISTMAN MP | REUTERS