TEMPO.CO, Beijing – Ekonom Yu Yongding dari Akademi Ilmu Sosial Cina atau CASS, yang didukung pemerintah Cina, mengatakan eskalasi konflik Amerika Serikat dan negaranya bisa berdampak pada penyitaan aset milik Cina di AS.
Saat ini, Beijing memiliki lebih dari US$1 triliun atau sekitar Rp15 ribu triliun aset dalam bentuk surat utang pemerintah Amerika Serikat.
Baca Juga:
“Yu mengatakan pemisahan ekonomi kedua negara bukan mustahil dilakukan, jadi Cina sebaiknya membuat persiapan,” begitu dilansir Reuters pada Jumat, 14 Agustus 2020.
Menurut Yu, saat ini AS dan Cina mulai terlibat dalam perang finansial secara luas. “Namun, taktik paling mematikan belum digunakan,” kata dia, yang menyebut pemimpin AS sebagai ekstrimis.
Pertaruhan dalam persaingan ini besar. Setiap langkah AS untuk menghambat Cina dari sistem pembayaran dolar atau retaliasi oleh Beijing untuk menjual sebagian besar surat utang pemerintah AS bakal mengacaukan pasar keuangan. “Itu akan melukai ekonomi global,” begitu dilansir Reuters mengutip analis.
Menurut pejabat regulator efek senior Cina, Fang Xinghai, negaranya rentan terhadap sanksi AS.
Maka, menurut dia, Cina harus membuat persiapan awal dan nyata untuk menghadapi berbagai sanksi ekonomi AS. “Hal-hal itu sudah terjadi pada banyak perusahaan dan lembaga keuangan Rusia,” kata Fang dalam diskusi yang digelar media ekonomi Caixin dari Cina.