TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, berjanji akan membalas Israel apabila mereka terbukti sebagai dalang atas ledakan di Beirut. Sejauh ini, kata Sayyed Hassan Nasrallah, dirinya masih menunggu hasil investigasi yang berjalan.
"Dua dugaan yang tengah diinvestigasi saat ini adalah antara ledakan di Beirut terjadi karena kelalaian atau sabotase terhadap gudang penyimpanan ammonium nitrat," ujar Sayyed Hassan Nasrallah, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Hingga berita ini ditulis, korban jiwa atas ledakan di Beirut pada 4 Agustus lalu tercatat ada 172 orang. Sementara itu, untuk korban luka-luka, kurang lebih ada 6000 orang. Sebanyak 300 ribu orang menjadi tuna wisma akibat ledakan masif itu.
Dari investigasi, ledakan sudah dipastikan berasal dari gudang penyimpanan bahan peledak di Pelabuhan Beirut. Di gudang tersebut, tersimpan 2000 ton lebih ammonium nitrat hasil sitaan dari kapal Rusia pada 2014. Selama ini, bahan peledak di sana tak pernah disingkirkan ataupun dipertanyakan.
Walau asal ledakan sudah diketahui, pemicunya yang masih misterius. Presiden Lebanon, Michel Aoun, menyebut kemungkinannya ada tiga yaitu kelalaian, kecelakaan, dan intervensi asing alias sabotase.
Kurang lebih 25 orang sudah ditahan sepanjang investigasi berjalan. Belasan di antaranya adalah pejabat pelabuhan. Mereka sekarang tengah menjalani pemeriksaan untuk menguak penyebab ledakan.
Sayyed Hassan Nasrallah berkeyakinan ledakan dipicu sabotase. Dan, menurutnya, tidak ada yang lebih mungkin melakukan hal tersebut selain Israel. "Penyebabnya bisa siapa saja, bahkan Israel, yang sulit untuk dibantah," ujar Sayyed Hassan Nasrallah.
"Jika memang terbukti Israel, maka seluruh rakyat Lebanon harus bergerak membalas. Israel harus membayar kejahatan yang mereka lakukan," ujarnya menambahkan.
Israel membantah semua tuduhan yang dilayangkan oleh Hizbullah. Mereka malah menyebut Hizbullah hendak menggunakan ammonium nitrat di Lebanon untuk berperang. Hizbullah, yang merupakan organisasi Muslim Shi'ite yang didukung Iran, memang sudah lama berperang dengan Israel.
ISTMAN MP | REUTERS