TEMPO.CO, Jakarta - Berbeda dengan negara-negara Muslim, negara-negara di Eropa mendukung kesepakatan normalisasi Uni Emirat Arab dan Israel. Salah satunya adalah Spanyol yang menyebut perjanjian keduanya sebagai langkah positif untuk menyelesaikan kisruh Israel - Palestina.
"Kami berharap komitmen Israel untuk menahan aneksasi Tepi Berat bersifat permanen," ujar pernyataan pers Kementerian Luar Negeri Spanyol, dikutip dari Al-Jazeera, Jumat, 14 Agustus 2020.
Diberitakan sebelumnya, Uni Emirat Arab dan Israel meneken kesepakatan normalisasi pada tanggal 13 Agustus kemarin. Pada kesepakatan yang disebut Abraham Accord tersebut, salah satu isinya terkait penghentian aneksasi Tepi Barat oleh Israel. Selain itu, menjadikan Uni Emirat Arab sebagai negara teluk Arab pertama yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Uni Emirat Arab berdalih keputusan itu mereka ambil untuk menghentikan aneksasi Tepi Barat oleh Israel. Beberapa pihak ada yang menganggapnya serius seperti Spanyol, ada juga yang menganggapnya omong kosong seperti Turki dan Iran.
"Kesepakatan ini bisa berkontribusi ke keamanan regional dan kelanjutan negosiasi antara Israel dan Palestina, memastikan keduanya dapat hidup bersama secara damai dan mutual sesuai paramater internasional," ujar pernyataan pers Pemerintah Spanyol melanjutkan.
Hal senada disampaikan oleh Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Abraham Accord sebagai keputusan yang berani baik dari Israel maupun Uni Emirat Arab.
"Semoga benar-benar berkontribusi ke upaya mendamaikan Israel dan Palestina. Saya telah menyampaikan hal itu ke Presiden Donald Trump, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan Pangeran Mohamed bin Zayed," ujar Macron.
Secara terpisah, Uni Eropa meminta agar perjanjian keduanya tak berhenti di penundaan aneksasi Tepi Barat saja. Mereka ingin Abraham Accord berkembang ke penghentian aneksasi secara permanen.
"Menunda aneksasi memang positif, tapi target selanjutnya adalah menunda sepenuhnya. Uni Eropa mengharapkan kelanjutan negosiasi solusi dua negara untuk isu Israel dan Palestina dengan parameter internasional," ujar perwakilan Uni Eropa untuk urusan luar negeri dan keamanan, Josep Borrell.
Menurut negara-negara Muslim seperti Iran dan Turki, Abraham Accord hanya akan menguntungkan Uni Emirat Arab, Israel, dan Amerika. Sebab, Palestina tidak dilibatkan dalam negosiasi itu. Padahal, ketiganya berdalih kesepakatan untuk kebaikan Palestina.
"Lagipula, Uni Emirat Arab tidak memiliki wewenang mewakili Palestina dalam negosiasi dengan Israel apabila tidak disetujui warga dan administrasi terkait," ujar Kementerian Luar Negeri Turki
ISTMAN MP | AL JAZEERA