TEMPO.CO, Jakarta - Jendela dari gedung balai kota di Tel Aviv, Israel, terlihat menyala dengan warga dari bendera Israel dan Uni Emirat Arab pada Kamis malam, 23 Agustus 2020.
Ini terjadi untuk merayakan normalisasi hubungan kedua negara, yang terjadi dalam kesempatan beberapa jam sebelumnya.
“Gedung Balai Kota Yafo di Tel Aviv, menyala dengan lampu berwarna bendera Israel dan Uni Emirat Arab, menyusul pengumuman PM (Benjamin) Netanyahu terkait normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab,” begitu cuitan dari akun Twitter @TelAviv pada Kamis, 13 Agustus 2020 dan dilansir Times of Israel.
Cuitan itu disertai foto yang menunjukkan gambar jendela gedung balaikota.
“Kami mengirim cinta dari Tel Aviv,” begitu bunyi kalimat dalam bahasa Arab dalam cuitan itu.
Ini adalah kedua kalinya gedung Balai Kota Tel Aviv menampilkan nyala lampu dengan warga bendera negara Arab.
Sebelumnya, gedung ini menampilkan gambar bendera Lebanon, yang mengalami ledakan di Beirut, pada 4 Agustus 2020, dan menewaskan 172 orang serta melukai sekitar 6 ribu orang.
Ini sempat mendapat kritik dari pengamat di Israel karena dianggap sebagai penghargaan terhadap negara musuh.
The #TelAviv-Yafo Municipality building is lit tonight with the flags of the State of @Israel and the United Arab Emirates, following PM @netanyahu's announcement regarding the normalization of relations with the United Arab Emirates! @UAEmGov pic.twitter.com/Tl0QbwvDqn
— Tel Aviv (@TelAviv) August 13, 2020
Soal perjanjian damai Israel dan Uni Emirat Arab, Wali Kota Tel Aviv, Mayor Ron Huldai, mengatakan,”Saya mengucapkan selamat PM Netanyahu dengan dua pencapaian perjanjian damai dengan Uni Emirat Arab dan pembatalan secara efektif rencana aneksasi. Dua tindakan ini penting untuk keamanan negara Israel.”
Ucapan penghargaan soal pembatalan rencana aneksasi Tepi Barat ini tampaknya sebagai bentuk sindiran kepada Netanyahui dari wali kota berhaluan kiri dan dikenal sebagai pengritiknya.
Namun, Netanyahu mengatakan aneksasi itu hanya ditunda sementara untuk mendukung normalisasi hubungan dengan UEA.
Sejumlah kritik mengatakan isu aneksasi yang diusung Netanyahu itu bakal sulit muncul kembali menjadi agenda jika Presiden AS, Donald Trump, kalah dalam pemilu Presiden AS pada 3 November 2020.