TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, menyebut Cina berpotensi menjadi ancaman besar untuk negara-negara barat. Bahkan, menurut Mike Pompeo, ancaman Cina bisa lebih parah dibandingkan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.
“Apa yang terjadi saat ini bukanlah Perang Dingin kedua. Tantangan untuk bertahan dari ancaman Partai Komunis Cina justru lebih parah. Partai Komunis Cina sudah terjerat dalam ekonomi, politik, dan masyarakat kita dengan cara yang tidak pernah dilakukan Uni Soviet,” kata Mike Pompeo sebagaiaman dikutip dari South China Morning Post, Kamis, 13 Agustus 2020.
Sebagai contoh, Pompeo mengutip pembatalan tour konser oleh Prague Philharmonic Orchestra di Ciina tahun lalu karena kebijakan pro-Taiwan dari Walikota Praha.
Masih dalam konteks melawan partai komunis, Mike Pompeo mengenang masa-masa Republik Ceko saat didominasi oleh Uni Soviet dan Partai Komunis Ceko pada tahun 1948 hingga 1989.
Kala itu, Ceko mencoba melakukan perlawanan terhadap pemerintahan komunis. Dia mendesak para Senator Ceko untuk konsisten dengan sikap tersebut.
Baca Juga:
“Untuk membela kedaulatan dan kebebasan yang dituntut masyarakat Ceko sepanjang jalan Praha pada tahun 1968, dalam dokumen Piagam 77, dan di Lapangan Wenceslas pada tahun 1989," ujar Mike Pompeo.
Pernyataan Mike Pompeo soal Perang Dingin tersebut, uniknya, menyerupai pernyataan Duta Besar Cina untuk Inggris, Liu Xiaoming.
Pada bulan Juli lalu, Liu Xioaming angkat suara soal konflik Amerika-Cina yang tak kunjung usai. Menurutnya, Amerika memang sengaja mencari gara-gara dengan Cina untuk memicu Perang Dingin baru.
Situasi Perang Dingin dengan Cina, kata Liu Xiaoming, akan menguntungkan inkumben Donald Trump dalam Pilpres Amerika November nanti. Sebab, Trump jadi memiliki amunisi untuk berkampanye atau mengkambinghitamkan Cina jika dirinya kalah.
"Bukan Cina yang bersikap assertif, namun negara yang berada di seberang samudra pasifik (Amerika). Mereka ingin memulai Perang Dingin dan kami harus meresponnya," ujar Liu Xiaoming, dikutip dari Reuters, Kamis, 30 Juli 2020.
FERDINAND ANDRE | SOUTH CHINA MORNING POST | REUTERS