TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa dikabarkan akan merespon situasi kerusuhan di Belarus dengan memberikan sanksi. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde, yang mengatakan Dewan Luar Negeri Uni Eropa akan menggelar pertemuan luar biasa terkait Belarus.
"Pagi ini saya mendapat perintah untuk mengikuti pertemuan luar biasa menteri-menteri luar negeri Uni Eropa," ujar Ann Linde, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 12 Agustus 2020.
Ann Linde tidak menjelaskan secara spesifik kira-kira sanksi apa yang akan disiapkan untuk Belarus. Ia hanya menegaskan bahwa pertemuan tersebut khusus membahas Belarus dan apa sikap Uni Eropa atas kekacauan di sana. Sebelumnya, Uni Eropa sudah menyatakan bahwa apa yang terjadi di Belarus sungguh kacau dan tidak bisa diterima.
Diberitakan sebelumnya, Pilpres Belarus berakhir rusuh usai Alexander Lukashenko dinyatakan sebagai presiden untuk keenam kalinya. Kemenangan itu membuatnya menjadi diktator terakhir di Eropa.
Banyak warga Belarus tidak bisa menerima kemenangan tersebut. Alhasil, mereka turun ke jalan dan memicu kerusuhan di sana dalam beberapa hari terakhir. Beberapa warga menyebut situasi di sana sudah seperti perang.
Ketua oposisi Belarus, Svetlana Tikhanouskaya, juga mengaku kecewa dengan hasil Pilpres Belarus. Di sisi lain, dirinya juga merasa tak aman setelah Alexander Lukashenko menang. Ketika Pilpres Belarus berakhir, ia memutuskan kabur ke Lithuania demi keselamatan anak-anaknya.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi di Belarus, Alexander Lukashenko menyebut para pengunjuk rasa seperti kelompok kriminal yang ingin menjatuhkan Belarus. Ia juga menuduh pengunjuk rasa mendapat dukungan negara tetangga demi menjatuhkan dirinya. "Provokator Rusia," ujar pemerintah Belarus kepada mereka.
ISTMAN MP | REUTERS