TEMPO.CO, Beirut – Otoritas Lebanon dan tim pencari masih menggelar operasi pencarian sekitar 40 orang, yang hilang pasca ledakan di Beirut pada Selasa pekan lalu.
Namun, sejumlah demonstran mendatangi lokasi ledakan, yang terletak di area pelabuhan dekat Beirut pusat, untuk berunjuk rasa hingga hari keempat kemarin.
Sebagian mereka melempari petugas dengan batu, yang dibalas tembakan gas air mata.
Pada demonstrasi kemarin, para demonstran bergantian membacakan nama 171 orang korban meninggal akibat ledakan. Insiden ini juga menyebabkan sekitar 6 ribu orang terluka.
“Rumah kami hancur dan kami sendiri,” kata Khalil Haddad, salah satu warga, seperti dilansir Reuters pada Selasa, 11 Agustus 2020.
Haddad mengatakan dia dan warga lainnya masih berupaya memperbaiki rumah dengan kondisi yang ada saat ini.
“Mari berharap bakal ada bantuan dan yang paling penting dan saya harapkan kebenaran akan terungkap,” kata dia.
Publik Lebanon masih menuntut pengunduran diri lebih banyak pejabat tinggi seperti Presiden Michel Aoun dan ketua parlemen.
Sebelumnya, PM Hassan Diab juga telah mengajukan pengunduran diri pasca ledakan di pelabuhan Beirut itu.
Ledakan terjadi di sebuah gudang penyimpanan amonium nitrat sebanyak 2,750 ton, yang merupakan hasil penyitaan enam tahun lalu.
“Kami tidak akan melupakan hingga para pemimpin bertanggung jawab,” kata salah satu demonstran setelah membacakan sebagian nama para korban ledakan di Beirut.