TEMPO.CO, Beirut – Demonstran yang marah di Lebanon menuntut pengunduran diri Presiden Michel Aoun dan pejabat tinggi lainnya pasca ledakan di Beirut, yang menewaskan 171 orang dan melukai lebih dari 6 ribu orang pada pekan lalu.
Demonstran berkumpul di dekat lokasi ledakan, yang terletak di area pelabuhan, sambil membawa foto dan membacakan nama para korban.
Ledakan di Beirut terjadi setelah gudang tempat penyimpanan amonium nitrat, yang bedaya ledak tinggi dan bisa digunakan untuk campuran pupuk atau bahan peledak, terbakar dan memicu ledakan.
“Dia tahu,” begitu tertulis dalam huruf kapital pada foto Aoun di sejumlah poster yang dibawa demonstran pada Selasa, 11 Agustus 2020.
Pada bagian bawah tulisan itu juga tertulis,”Pemerintah pergi, pemerintah datang, kami akan terus melakukan ini hingga Presiden dan ketua parlemen diganti.”
Menurut dokumen yang diperoleh Reuters, Presiden Aoun dan Perdana Menteri Hassan Diab mengetahui soal penyimpanan amonium nitrate itu di pelabuhan pada Juli. Diab telah mengundurkan diri setelah demonstran menuntut pemerintahan dibubarkan.
Aoun mencuit pada Selasa,”Janji saya kepada semua rakyat Lebanon yang menderita adalah saya tidak akan berhenti. Saat ini, Lebanon sedang mengalami krisis ekonomi parah dengan nilai tukar mata uang yang semakin anjlok.