TEMPO.CO, Fort Bregancon – Konferensi negara donor darurat menyepakati paket bantuan bagi Lebanon, yang sedang mengalami krisis ekonomi dan dampak ledakan di Beirut.
Paket bantuan itu sebesar sekitar 253 euro atau sekitar Rp4,4 triliun.
Kantor kepresidenan Prancis mengatakan bantuan ini akan digunakan untuk kepentingan kemanusiaan.
“Komitmen bantuan ini tidak bersyarat yaitu tidak bersifat politis atau reformasi institusi,” begitu pernyataan dari kantor kepresidenan Prancis seperti dilansir Reuters pada Ahad, 9 Agustus 2020.
Pejabat Istana Elysee di Prancis juga mengatakan konferensi ini juga membaha komitmen bantuan jangka panjang, yang akan tergantung pada perubahan yang dibuat pemerintah Lebanon.
Sejumlah negara besar dunai berjanji tidak akan mengecewakan rakyat Lebanon setelah terjadi ledakan di Beirut, yang merupakan ibu kota negara itu.
Ledakan di Beirut ini terjadi pada Selasa pekan lalu dan menewaskan 158 orang. Ledakan itu menghancurkan sebagian area di Beirut.
Sebelum ledakan di Beirut terjadi, Lebanon telah terpuruk akibat konflik politik berkepanjangan dan resesi ekonomi, yang ditandai dengan jatuhnya nilai tukar ata uang negara itu.
“Negara asing menuntut transparansi soal cara penggunaan dana bantuan itu dan enggan menulis cek kosong untuk pemerintah Lebanon, yang dianggap rakyatnya sebagai sangat korup,” begitu dilansir Reuters.
Ledakan di Beirut, seperti dilansir CNN, terjadi di sebuah gudang di area pelabuhan. Gudang itu berisi amonium nitrat, yang menurut Presiden Lebanon Michel Aoun berjumlah sekitar 2,750 ton.