TEMPO.CO, Jakarta - Cina dan Rusia memiliki kepentingan yang berbeda di Pilpres Amerika menurut Direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional Amerika, William Evanina. Di saat Cina tidak ingin Donald Trump menang, Rusia malah tidak ingin Joe Biden yang menang.
Dalam pantauannya, kata Evanina, berbagai strategi sudah disiapkan Rusia untuk memenangkan Donald Trump di Pilpres Amerika. Tidak jauh berbeda dengan Cina, mereka memakai strategi penyebaran disinformasi via media massa.
"Aktor yang disokong Kremlin (Pemerintah Pusat Rusia), saat ini, sedang mencoba untuk menaikkan elektabilitas Donald Trump via media sosial dan televisi Rusia," ujar Evanina, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 8 Agustus 2020.
Upaya Rusia tidak berhenti di promosi Donald Trump. Upaya lainnya adalah menyebar disinformasi soal Joe Biden. Politisi pro-Rusia, Andriy Derkach, kata Evanina, sudah aktif melakukan hal itu dengan menyebar klaim soal korupsi Joe Biden dan Partai Demokrat.
Di Amerika sendiri, Joe Biden disorot simpatisan Donald Trump karena bisnis keluarganya dengan Ukraina. Malah, beberapa waktu lalu, Donald Trump hendak dimakzulkan atas tuduhan penyalahgunaan wewenang untuk memaksa Ukraina mengusut Joe Biden.
"Rusia sudah membidik Joe Biden yang mereka anggap bagian dari gerakan anti-Rusia," ujar Evanina
Joe Biden memang beberapa kali aktif mengkritik Rusia dan Donald Trump. Menurutnya, Donald Trump terlalu lunak terhadap Presiden Vladimir Putin. Salah satu hal yang ia kritik adalah sikap Pemerintah Amerika yang tidak menanggapi serius laporan intelijen Rusia membayar Taliban untuk membunuh prajurit AS.
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA