TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, peristiwa ledakan di Beirut pada Selasa malam lalu yang menewaskan 150 orang dan ribuan orang mengalami luka kemungkinan disebabkan kelalaian atau intervensi asing melalui serangan rudal atau bom.
Ledakan bersumber dari 2.750 ton amonium nitrat yang teronggok di gudang di pelabuhan Beirut selama enam tahun. Gudang itu berdekatan dengan lokasi pemukiman warga.
Menurut Presiden Aoun kepada sejumlah jurnalis, ada banyak kepentingan mengenai bagaimana mengosongkan bahan peledak yang ada di dalam pelabuhan. Lalu, siapa yang bertanggung jawab membiarkan amonium nitrat sebanyak itu selama 6 tahun, dan apakah ledakan itu sebagai kesengajaan atau insiden.
Sebelumnya eks kapten kapal Rusia yang membawa 2.750 ton amonium nitrat dari Georgia menuju Mozambik dan singgah di pelabuhan Beirut, Boris Prokoshev menyatakan pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas ledakan.
Dia beralasan, pemerintah Lebanon dan pengurus pelabuhan Beirut sadar betul amonium nitrat itu akan menjadi masalah nantinya.
"Situsi sekarang sebenarnya disebabkan oleh pemerintah Lebanon sendiri," kata Boris Prokoshev sebagaimana dilaporkan Aljazeera, 7 Agustus 2020.
Ledakan di Beirut mengagetkan masyarakat dunia karena kekuatan ledakan setara dengan gempa skala 3 dan terjadi saat dunia memperingati 75 tahun jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.