TEMPO.CO, Manila – Perekonomian Filipina mengalami penurunan melebihi ekspektasi pada kwartal kedua karena pandemi Covid-19.
Saat ini perekonomian Filipina khususnya Ibu Kota Manila mengalami dampak dari penerapan karantina wilayah atau lockdown yang sangat ketat.
Otoritas Statistik Filipina melansir negara itu mengalami penurunan ekonoi 16.5 persen dibandingkan periode April – Juni yang sama pada 2019.
“Ini merupakan penurunan terbesar ekonomi Filipina sejak 1981,” begitu dilansir Channel News Asia pada Kamis, 6 Agustus 2020.
Penurunan ini lebih besar daripada prediksi 9 persen berdasarkan survei oleh Reuters.
Jumlah ini juga menunjukkan penurunan perekonomian dibandingkan kwartal pertama 2020, yang tercatat terkontraksi 0.7 persen.
Dampak resesi ini bakal semakin parah dengan penerapan lockdown ketat sejak Selasa pekan ini di Ibu Kota Manila dan sejumlah provinsi terdekat.
“Ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi dengan kwartal kedua menunjukkan dampak merusak dari lockdown terhadap ekonomi negara yang berbasis konsumsi,” kata Nicholas Antonio Mapa, ekonom senior ING.
Nicholas mengatakan Filipina mengalami peningkatan pengangguran. “Ini membuat kami tidak berharap bakal ada pemulihan cepat dalam perilaku konsumsi terlebih kasus Covid-19 masih terus bertambah,” kata dia terkait dampak lockdown.