TEMPO.CO, Jakarta - Walid Assi sedang memasak pizza di satu restoran saat terjadi ledakan hebat di Beirut, Lebanon pada Selasa malam, 4 Agustus 2020. Assi tersungkur ke tanah.
Assi, koki di restoran berlokasi di pusat kota Beirut merasakan tanah bergetar. Dia melihat kilatan putih. Sesaat kemudian atap restoran roboh.
Saksi mata sekaligus korban ini menyaksikan orang-orang di sekitarnya berlumuran darah, tergeletak di tanah, berlari sepanjang jalan. "Ini seperti mimpi buruk," kata Assi kepada Reuters, 6 Agustus 2020.
"Kami tidak yakin kami dapat keluar dari sini hidup-hidup," ujarnya.
Sesaat setelah guncangan akibat ledakan yang belakangan diketahui bersumber dari 2.750 amonium nitrat yang teronggok di gudang pelabuhan Beirut, Assi pun murka.
"Mengapa orang-orang tidak berdosa harus menderita seperti ini karena penguasa yang tidak berharga ini? Begini murahkah nyawa kami bagi mereka?"
Ronny Abu Saad menyaksikan kehancuran tokonya yang menjual makanan sandwich. Satu karyawannya tewas ditimpa reruntuhan bangunan saat ledakan terjadi.
"Peristiwa apa lagi yang dapat menimpa kami selain kematian? Seolah-olah mereka ingin kami mati," kata Saad.
"Negara ini sekarang tampak seperti penguasa, sampah dan puing-puing di jalanan tampak seperti mereka," ujar Saad.
Bangunan-bangunan di kota Beirut, Lebanon hancur. Sebagian besar balkon bangunan rubuh akibat ledakan.
"Kami masih terkejut, tak satu pun di antara kami dapat memahami skala kehancuran ini," ujar Abu Saad, pemilik toko furnitur.
Habib Medawar, 65 tahun, murka karena akhirnya mengetahui bahwa gudang penyimpanan amonium nitrat yang menjadi sumber ledakan berada tak jauh dari pemukiman penduduk.
"Bagian terburuk dari pemerintah ini dan semua mereka yang sebelumnya tidak melakukan apa-apa. Tidak ada yang peduli. Apakah mereka tahu gudang itu ada di sana, dan mereka menaruhnya di sana dekat dengan rumah kami?" kata Medawar marah.
Seorang direktur rumah sakit di Gemmayze, Pierre Mrad, kehilangan seorang perawat dan seorang stafnya terluka ketika ledakan hebat mengguncang Beirut.
"Kami mengevakuasi semua pasien. Rumah sakit akan dibangun kembali. Tidak ada yang tersisa, tak ada yang dapat dilakukan saat ini. Kami harus memulai semuanya. Apa lagi yang dapat saya katakan?" ujar Mrad.
Ledakan hebat di Beirut bersumber dari 2.750 ton amonium nitrat yang teronggok di gudang di pelabuhan Beirut selama 6 tahun. Ledakan ini menambah panjang penderitaan warga Lebanon yang saat ini mengalami krisis ekonomi parah dan krisis politik.