TEMPO.CO, Jakarta - John Hume, mantan pemenang Nobel Perdamaian atas jasanya di Perjanjian Jumat Agung Irlandia, wafat. Dikutip dari Reuters, ia meninggal pada usia 83 tahun ketika tengah menjalani perawatan di Londonderry. Penyebab kematiannya belum diungkap hingga saat ini.
"Kematian John Hume berarti hilangnya salah satu figur berpengaruh dalam sejarah Irlandia," ujar Ketua Partai Buruh dan Sosial Demokratik (SDLP) Colum Eastwood, Senin, 3 Agustus 2020.
Sedikit mundur ke awal mula Perjanjian Jumat Agung, di mana John Hume berperan, hal itu dipicu konflik sektarian di Irlandia dari tahun 1969 hingga 1998. Oleh warga Irlandia dan Irlandia Utara, periode itu dikenal sebagai The Troubles.
Selama The Troubles, kelompok Loyalis-Protestan dan Republikan-Katolik saling beradu soal kemana Irlandia Utara harus berlabuh. Kelompok Loyalis-Protestan menginginkan Irlandia Utara bertahan dengan Kerajaan Inggris, sementara Republikan-Katolik sebaliknya.
Konflik tersebut berujung pada serangkaian aksi teror yang dinahkodai Irish Republican Army (IRA) dan Ulster Volunteer Force (UVF). Korbannya mencapai 3500 jiwa. Tidak ingin korban makin banyak, negosiasi damai dimulai.
John Hume adalah salah satu yang mendorong negosiasi itu. Sebagai seorang moderat dan aktivis HAM, ia melobi Gerry Adams, Ketua Partai Sinn-Fein dari kubu Republikan-Katolik, untuk bersama-sama mencari jalan damai. Upayanya berjalan, mulai dari gencatan senjata tahun 1994 hingga Perjanjian Jumat Agung tahun 1998 soal kedaulatan Irlandia Utara.
"Kita semua harus menundukkan kepala, berterima kasih kepadanya. Dia orang yang luar biasa, pecinta damai, politisi, pemimpin, pejuang HAM, kepala keluarga, dan inspirasi," ujar Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney.
ISTMAN MP | REUTERS