TEMPO.CO, Jakarta - Microsoft selangkah lebih dekat mengakuisisi operasional bisnis TikTok di Amerika setelah Presiden Donald Trump memberikan lampu hijau. Namun, tidak semua mendukung langkah tersebut. Di Asia, situasi TikTok di Amerika memicu kritik dari berbagai pihak, terutama investor.
"Ini kesepakatan bisnis yang dipaksakan dan di bawah ancaman Pemerintah Amerika. Ke depannya, ini bisa menimbulkan berbagai masalah untuk pemegang saham," ujar Fred Hu, Chairman Primavera Capital Group, investor TikTok, dikutip dari Reuters, Senin, 3 Agustus 2020.
Hu menegaskan bahwa ia tidak mencoba mengkritik Microsoft, namun lebih ke keseluruhan proses akuisisi yang diwarnai ancaman. Di sisi lain, ia merasa menjual sebagian besar operasional TikTok di saat usianya masih muda bukan langkah bagus juga secara bisnis.
"ByteDance (pemilik TikTok) lebih seperti korban dari situasi geopolitik yang gila. Ini hari yang buruk untuk ByteDance dan masa depan bisnis global," ujarnya.
Semenytara itu, bankir di sektor teknologi Hong Kong memperingatkan pebisnis pebisnis lainnya untuk berhati-hati dengan Donald Trump. Terutama, jika ingin berbisnis di Amerika.
ByteDance, hingga sekarang, belum mengeluarkan pernyataan publik atas rencana akuisisi oleh Microsoft tersebut. Namun, Penemu TikTok, Zhang Yiming, sudah mengirimkan surat internal ke staf-nya soal negosiasi yang berjalan untuk mempertahankan operasional TikTok di Amerika.
Dalam surat itu, Zhang Yiming mengaku tidak setuju dengan syarat dari Pemerintah Amerika bahwa TikTok harus mendivestasikan seluruh operasionalnya di negeri Paman Sam. Namun, Zhang Yiming berkata, dirinya tidak memiliki banyak pilihan.
"Kami bisa mehamai keputusan itu dengan memandang situasi makro saat ini," ujarnya.
Pemerintah Cina juga belum berkomentar. Sementara itu, di Amerika, Donald Trump memberi tengat 45 hari bagi TikTok untuk menemukan pemilik baru atas operasional di Amerika. Jika tidak, maka TikTok akan diblokir atas tuduhan mensuplai data publik ke Partai Komunis Cina.
ISTMAN MP | REUTERS