TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Lebanon, Nassif Hitti, mengundurkan diri dari posisinya. Ia menyatakan, keputusan mundur itu didasari komitmen reformasi Lebanon yang tidak jelas.
"Melihat absennya niat untuk melakukan reformasi secara struktural dan komprehensif, padahal di saat bersamaan ada desakan dari masyarakat dan komunitas internasional, saya memutuskan untuk mundur," ujar Hitti sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 3 Agustus 2020.
Keputusan Hitti di kala krisis Lebanon tidak mengejutkan bagi sejumlah pihak. Selain kerena Lebanon tidak kunjung serius menangani krisis ekonominya, praktik korupsi juga merajalela di sana.
Pendonor asing sudah menegaskan bahwa tidak akan ada bantuan untuk Lebanon sampai mereka memiliki rencana jelas untuk menangkal korupsi di pemerintahan. Perkembangan terakhir, diskusi antara Lebanon dan IMF pun buntu.
"Saya, dulu, memutuskan untuk bergabung dengan pemerintahan karena ingin mengabdi untuk Lebanon. Kenyataannya, ada berbagai kepentingan yang saling bertentangan satu sama lain," ujar Hitti.
"Jika pemerintah tidak kunjung bersatu dan memiliki rencana untuk menyelamatkan rakyat Lebanon, maka kapal (Lebanon) ini akan karam dengan seluruh isinya," ujar Hitti memperingatkan.
Hitti diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Lebanon pada Januari lalu oleh Perdana Menteri Hassan Diab. Kala itu, Hitti adalah Duta Besar Lebanon untuk Liga Arab sementara Diab menjadi PM berkat dukungan Hezbollah.
Namun, selama pemerintahan berjalan, Hitti dan Diab kerap berseberangan. Bahkan, dalam agenda luar negeri, Hitti beberapa kali dikesampingkan oleh Diab. Gara-garanya, Hitti mendukung reformasi sementara Diab tidak. Hal itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves le Drian menawarkan bantuan untuk reformasi Lebanon.
ISTMAN MP | REUTERS