TEMPO.CO, London - Perdana Menteri Inggri, Boris Johnson, meminta maaf atas keputusan pemerintah menunda relaksasi lockdown Covid-19.
Johnson mengumumkan penundaan ini karena melihat indikator peningkatan jumlah kasus harian Covid-19 di Inggris.
“Saya tahu langkah-langkah yang kami ambil ini menjadi pukulan besar bagi banyak orang. Saya benar-benar minta maaf soal ini tapi kami tidak dapat mengambil risiko,” kata Johnson kepada media di kantor PM Inggris di Downing Street seperti dilansir Reuters pada Jumat, 31 Juli 2020.
Penghentian relaksasi lockdown atau karantina wilayah Covid-19 ini dan penerapan pembatasan yang lebih ketat di Inggris bagian utara, yang berpenduduk sekitar 4 juta jiwa, merupakan kemunduran besar bagi negara ini dalam merintis jalan ke luar dari lockdown.
Saat ini, jumlah korban meninggal di Inggris telah mencapai sekitar 55 ribu jiwa. Ini merupakan tingkat kematian tertinggi di Eropa.
Inggris melaporkan 816 kasus baru Covid-19 pada Kamis pekan ini. Ini merupakan jumlah tertinggi dalam sebulan terakhir.
Menurut Johnson, penyebaran virus Corona ini semakin cepat di Amerika Latin dan Asia.
Sedangkan benua Eropa mengalami kesulitan untuk mengontrol agar tidak terjadi peningkatan kasus baru.
Saat ini, pandemi Covid-9, yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019, telah menewaskan sekitar 670 ribu orang. Pandemi ini juga membuat dunia jatuh ke resesi ekonomi terbesar dalam sejarah.