TEMPO.CO, Manila – Pemerintahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengambil langkah besar untuk mengembangkan energi listrik dari pembangkit bertenaga nuklir.
Ini terjadi setelah Presiden, Rodrigo Duterte, membentuk panel antar-lembaga untuk mempelajari pembuatan kebijakan adopsi energi nuklir nasional.
“Menteri Energi Alfonso Cusi mempromosikan penggunaan energi ini meskipun ada kekhawatiran soal keamanan penggunaannya di negara yang kerap mengalami bencana alami ini,” begitu dilansir Reuters pada Rabu, 29 Juli 2020.
Filipina sebenarnya memiliki pembangkit listrik nuklir satu-satunya di Asia Tenggara. Pembangkit ini dibuat dengan biaya sekitar US$2,3 miliar atau sekitar Rp34 triliun.
Namun pembangkit nuklir Bataan ini tidak pernah digunakan meski telah dibangun pada 1984 dan mampu memproduksi 621 megawatt.
Komite bentukan pemerintah Filipina ini akan mengkaji aspek feasibilitas penggunaan energi nuklir dari sisi ekonomi, keamanan dan implikasi lingkungan.