Jawed Ahmad yang bekerja untuk jaringan televisi Kanada CTV, dilepaskan pada hari Minggu lalu, tutur Kapten Christian Patterson, juru bicara koalaisi tentara Amerika.
Tentara Amerika menganggap Jawed sebagai musuh karena melihat dia berhubungan dengan pemimpin Taliban. Menurut pengacara Ahmed di Pengadilan Amerika distrik Kolombia, Jawed juga menyimpan nomor telepon dan video pejuang Taliban.
Ahmed yang masih berusia 21 tahun, mengatakan bahwa dirinya di dalam penjara diperlakukan layaknya tentara Taliban dan menuduhnya sebagai pemasok senjata kepada kelompok militan ini dan menjadi inteleijen untuk Pakistan. “Apa yang dipersangkakan kepada saya semuanya tidak benar. Jika itu pun benar mereka tidak akan membebaskan saya,” ujar Ahmad kepada AP di dalam salah satu hotel di Kabul.
Ahmad ditahan sejak 26 Oktober 2007 di markas NATO sebelah selatan kota Kandahar. Dia mengaku, selama dipenjara disiksa dengan ditendang, kepala dibawah meja dan tidak boleh tidur selama sembian hari. Militer Ameirka mengancam akan mengirimkannya ke Guantanamo selama setahun.
Sementara Kapten Kimberley Jurado, jurubicara wanita dari Militer Amerika mengatakan menerima secara rutin catatan kesehatan Ahmad di Bagram dari akses Palang Merah Internasional, namun tidak pernah mendapatkan laporan penyiksaan. “Kami ambil semua hasil pemeriksaan dan orang-orang kami dilatih untuk merawat semua tahanan dengan hormat dan teliti.”
Ahmad mengatakan, di Bagram memang tidak disiksa karena hukuman tapi dari kelompok tahanan lainnya yang memukulinya. Bahkan sampai sekarang, lanjut Ahmad, dia masih merasakan sakit kepala yang tidak pernah berhenti.
Ahmad mengaku ditemui investigator Amerika ratusan kali. Mereka mengulang pertanyaan yang sama dan menunjukkan foto pejuang Taliban dan bertanya apakah mengenal orang itu. Ahmad sebelumnya bekerja sebagai penerjemah untuk pasukan khusus Amerika selama 2.5 tahun, mulai tahun 2002. Dia keluar setelah pejuang Taliban melakuan penyerangan dua kali.
“Jika wartawan mempunyai hak untuk berbicara dengan berbagai organisasi, maka akan menjadi mata dunia,” ujar Ahmad. “saya telah membuat reportase mengenai Taliban, saya dalam perjalanan yang sama degan mereka. Saya menulis cerita tentang mereka padahal mereka bukan saudara saya. Mereka adalah Taliban. Saya berbicara dengan mereka sama seperti saya berbicara dengan NATO. Jika kamu tahu hanya sebagian, maka kamu tidak ada gunaya.”
Meski hampir setahun dipenjara, Ahmad mengaku tidak kapok untuk kembali menjadi wartawan. “Saya akan menjadi wartawan lagi. Saya lebih mempuyai energi daripada sebelumnya.”
AFP | CNN| Times | Nur Haryanto