TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Oxford, yang terlibat dalam pengembangan vaksin virus Corona AstraZeneca, tidak memasang ekspektasi tinggi soal tanggal produksi. Menurut mereka, belum tentu vaksin mulai diproduksi dan didistribusikan secara massal di akhir 2020.
"Target akhir tahun memungkinkan, namun itu belum pasti. Ada tiga hal yang harus kami perhatikan sebelum itu terlaksana," ujar pengembang vaksin virus Corona dari Universitas Oxford, Sarah Gilbert, dikutip dari Reuters, Selasa, 21 Juli 2020.
Hal pertama yang harus diperhatikan, kata Sarah Gilbert, vaksin harus terbukti manjur di uji tahap akhir. Hal kedua, kapasitas mesin produksi harus mampu merespon demand yang tinggi. Sementara itu, untuk hal ketiga, regulator mau mengizinkan penggunaan vaksin untuk situasi darurat dulu.
Sejauh ini, uji vaksin virus Corona AstraZeneca menunjukkan hasil positif. Selain berhasil membangun kekebalan tubuh, efek sampingnya juga tidak berbahaya. Sarah Gilbert berkata, efek samping dari vaksin yang diuji bisa ditangani dengan paracetamol.
Kepala Tenaga Medis Inggris, Chris Whitty, lebih optimistis dibandingkan Sarah Gilbert. Mereka sangat yakin vaksin virus Corona AstraZeneca sudah bisa diproduksi dan didistribusikan pada bulan Desember.
Inggris termasuk pemesan terbesar untuk vaksin virus Corona dari AstraZeneca. Mereka dikabarkan sudah memesan 100 juta dosis vaksin dari AstraZeneca. WHO sendiri menyebut AstraZeneca sebagai pengembang vaksin yang memiliki kans untuk memproduksi lebih awal.
ISTMAN MP | REUTERS