TEMPO.CO, Jakarta -Ibukota wilayah otonomi kgusus Uyghur Xinjiang, Cina dinyatakan tertutup atau lockdown setelah sedikitnya ditemukan 17 kasus infeksi virus corona.
Otoritas Urumqi, ibukota Xinjiang yang populasi penduduknya 3,5 juta jiwa telah membatalkan semua penerbangan masuk maupun keluar Urumqi, sebagaimana dilaporkan Radio Free Asia, 17 Juli 2020.
Lockdown membuat hampir 90 persen penerbang masuk dan ke luar Bandara Internasional Diwopu Urumqi dibatalkan. Transportasi umum juga ditutup sejak Jumat lalu.
Warga Urumqi diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah mereka. Pusat perbelanjaan dan hotel juga diperintahkan untuk ditutup.
Mereka berebut membeli bahan makanan dan kebutuhan penting lainnya untuk mengantisipasi lockdown.
Otoritas Urumqi mewajibkan pengunjung dari luar provinsi Xinjiang dikarantina selama sepekan.
Adapun para penumpang pesawat diwajibkan untuk menunjukkan bukti hasil tes negatif yang berlaku untuk 7 hari lamanya. Mereka harus menunjukkan kode status sehat di aplikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi pembawa virus.
Aparat Urumqi membuat peraturan keta untuk mencegah penyebaran virus corona.
Hasil tes terhadap seorang wanita usia 24 tahun pada hari kamis lalu menunjuk hasil positif terinfeksi virus corona. Wanita ini menjalani tes setelah tubuhnya menunjukkan gejala sakit.
Tiga temannya juga dinyatakan positif terinfeksi virus corona meski tidak menunjukkan gejala.
Seorang pria yang baru-baru ini berkunjung dari Urumqi ke provinsi Zhejiang juga ditemukan terinfeksi virus corona.
"Mobil pribadi tidak diizinkan untuk ke mana-mana sekarang," kata seorang polisi.
Sejauh ini wabah corona di Xinjiang mencatatkan 77 kasus infeksi dan 3 orang tewas.