TEMPO.CO, Jakarta - TikTok telah berdiskusi dengan Pemerintah Inggris dalam beberapa bulan terakhir terkait rencana perusahaan media sosial itu yang ingin membangun kantor pusat di Ibu Kota London, Inggris. Sumber yang akrab dengan isu ini mengatakan langkah ini sebagai bagian dari strategi untuk menjaga jarak dari sanksi Amerika Serikat karena perusahaan tersebut milik Cina.
London adalah satu dari beberapa lokasi yang sedang dipertimbangkan TikTok untuk mendirikan kantor pusat. Akan tetapi, sumber mengatakan sejauh ini belum ada keputusan yang dibuat.
Masih belum jelas lokasi lainnya selain London yang sedang dipertimbangkan TikTok. TikTok sebelumnya sudah sedikit agresif untuk membangun kantornya di California, Amerika Serikat, pada tahun ini, termasuk mengincar Kevin Mayer, mantan CEO Walt Disney di Amerika Serikat untuk menjadi Kepala Eksekutif TikTok di sana.
Cinta Laura Kiehl bermain TikTok dengan Ridwan Kamil dan Dino Patti Djalil di sela seminar diaspora di Melbourne, Australia. Foto/instagram/claurakiehl
Dikutip dari uk.reuters.com, TikTik saat ini sedang menghadapi pengawasan ketat dari Washington terkait kecurigaan negara itu pada Cina yang bisa memaksa TikTok menyalahgunakan data pengguna (user). TikTio dimiliki oleh ByteDance dari Cina.
Sumber mengatakan TikTok dalam beberapa pekan terakhir fokus pada kondisi yang terjadi di Amerika Serikat, namun belum memutuskan akan menjadikan London sebagai kantor pusat kedua perusahaan itu.
TikTok berharap bisa meningkatkan kapasitas kerjanya di London dan lokasi lain di luar Cina dalam beberapa bulan ke depan.
Surat kabar Sunday Times mewartakan TikTok telah melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Inggris untuk membuka kantor pusat di luar negeri dan memilik Inggris. Namun sumber mengatakan TikTok belum memutuskan dan masih mendiskusikan hal ini. Saat dikonfirmasi kembali, TikTok memilih tak berkomentar.