TEMPO.CO, Jakarta - Intelijen Amerika Serikat mengatakan Iran menyiagakan sistem rudal pertahanan udara dalam beberapa hari terakhir setelah ledakan di sejumlah situs militer dan nuklir penting, menurut pejabat AS yang memantau masalah ini.
Perubahan status siaga tinggi ini membuat baterai rudal darat-ke-udara siap tembak terhadap segala ancaman, menurut sumber kepada CNN, 16 Juli 2020.
Namun, pejabat itu tidak mengatakan dari mana AS menentukan indikator perubahan status ini, tetapi mengatakan data ini diperoleh dari pantauan satelit, pesawat mata-mata, dan kapal perang, yang beroperasi di langit dan perairan internasional dekat Iran.
Sejumlah pejabat AS yang dimintai konfirmasi tentang laporan intelijen peningkatan status Iran, menolak memaparkan lebih jauh.
Amerika telah menilai status siaga Iran bukan bagian dari latihan tetapi merupakan respon terhadap peristiwa baru-baru ini dan kegelisahan setelah beberapa ledakan misterius di berbagai fasilitas Iran bulan ini.
Kerusakan bangunan setelah kebakaran yang melanda fasilitas nuklir Iran, Natanz, di Isfahan, Iran, 2 Juli 2020.[Organisasi Energi Atom Iran/WANA/REUTERS]
Pertama kali dilaporkan pada akhir Juni, serangkaian ledakan di situs nuklir Iran dan infrastruktur strategis telah mengguncang Republik Islam Iran. Ledakan misterius telah berlangsung selama tiga minggu, mengklaim 21 korban Jiwa pada Selasa, menurut laporan Al Jazeera.
Ledakan di Iran secara tidak resmi dikaitkan dengan serangan siber Israel dan serangan rahasia oleh pasukan AS dan Israel. Rezim Iran telah bersumpah untuk membalas insiden tersebut, yang awalnya mengklaim ledakan-ledakan itu terkait dengan kecelakaan, kegagalan fungsi sistem dan alasan non-invasif lainnya.
Iran berupaya menjelaskan penyebab insiden-insiden itu, termasuk kebakaran yang menyebabkan kerusakan besar pada sebuah situs yang menjadi kunci program pengayaan uranium, yang memicu spekulasi adanya sabotase.
Spekulasi internasional berpusat pada teori bahwa Israel mungkin berada di belakang beberapa ledakan, meskipun para pejabat AS awalnya mengatakan Israel telah meyakinkan mereka bahwa mereka tidak bertanggung jawab.
Pejabat intelijen Timur Tengah mengatakan kepada New York Times bahwa kebakaran yang terjadi di situs nuklir Natanz di Iran dipicu oleh bom yang ditanam oleh Israel.
Namun, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz tidak mengesampingkan tuduhan itu ketika membahas masalah tersebut pada 5 Juli. "Tidak setiap insiden yang terjadi di Iran pasti ada hubungannya dengan kita...Semua sistem itu kompleks, mereka memiliki kendala keamanan sangat tinggi dan saya tidak yakin mereka selalu tahu cara menanganinya," kata Gantz.
Secara terbuka, AS belum mengomentari adanya koneksi Israel atas ledakan di Iran. Para pejabat tinggi AS berusaha untuk mempelajari lebih lanjut tentang ledakan dan siapa, atau apa, yang mungkin bertanggung jawab atas ledakan misterius di Iran, kata pejabat itu.