TEMPO.CO, Jakarta - Penyampaian data kasus virus Corona di rumah sakit Amerika tidak akan lagi diserahkan ke Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) terlebih dahulu. Mulai hari Rabu, administrasi Presiden Amerika Donald Trump akan menjadi penerima pertama.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat. Asisten untuk Urusan Publik Kementerian Kesehatan, Michael Caputo, mengklaim perubahan ini untuk mempercepat pelaporan dan pengambilan keputusan terkait pandemi virus Corona.
"Cara CDC dalam mengumpulkan data rumah sakit awalnya berjalan baik untuk mencakup seluruh negara bagian Amerika. Namun, untuk situasi sekarang, tidak cukup cepat," ujar Caputo, dikutip dari CNN, Rabu, 15 Juli 2020.
Dengan kebijakan baru ini, maka data virus Corona dari rumah sakit akan bersifat lebih tertutup. Dengan kata lain, data tidak bisa lagi diakses publik dengan mudah dari situs CDC. Sebab, data akan mampir dulu ke administrasi Donald Trump yang kemudian akan menentukan langkah selanjutnya terhadap data rumah sakit itu.
Sejumlah pakar khawatir kebijakan ini akan disalahgunakan Donald Trump untuk menutupi fakta soal pandemi virus Corona. Apalagi, Donald Trump kerap membuat klaim tak akurat soal situasi pandemi virus Corona di Amerika.
Mantan Direktur CDC, Richard Besser, menyebut kebijakan baru ini sebagai langkah mundur. Alih-alih memperjelas situasi pandemi virus Corona di Amerika, Ia menganggap apa yang dilakukan Donald Trump adalah memperkeruhnya.
"Lagi-lagi CDC dikesampingkan. Seharusnya CDC menerima data terlebih dahulu dan mereka juga harus lebih berperan dalam memandu publik," ujar Richard Besser.
Richard Besser mengakui bahwa metode pengumpulan data CDC perlu diperbarui, namun melangkahi CDC bukan cara yang tepat. Apa yang seharusnya dilakukan adalah memastikan rantai komunikasi dan birokrasi penyampaian data lebih ringkas sehingga data pun sampai dengan cepat.
"Dengan data mampir ke Kementerian Kesehatan (Administrasi Donald Trump) terlebih dahulu, ada potensi data dipolitisir. Tidak ada yang mau itu terjadi," ujar Richard Besser mengakhiri.
Per berita ini ditulis, Amerika tercatat memiliki 3,5 juta kasus, 139 ribu korban jiwa, dan 1,6 juta pasien sembuh terkait virus Corona.
ISTMAN MP | CNN