TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Cina dikabarkan memecat seorang profesor pengkritik Presiden Xi Jinping dan Partai Komunis Cina setelah dia dibebaskan dari tahanan, menurut keterangan teman-temannya.
Xu Zhangrun, seorang profesor hukum konstitusi di Universitas Tsinghua, kembali ke rumah pada hari Minggu pagi, enam hari setelah ia dibawa pergi oleh polisi, menurut laporan Reuters, 15 Juli 2020.
Dalam sebuah pesan singkat yang diperlihatkan oleh salah seorang temannya, Xu mengatakan kepada temannya bahwa ia telah "dibebaskan dari pengajaran dan posisi publik" oleh Universitas Tsinghua.
Dua orang sumber CNN juga mengatakan Xu dipecat. Salah satu sumber, wartawan Gao Yu, seorang teman Xu, membenarkan bahwa mantan profesor telah dipecat oleh Unibersitas Tsinghua, meskipun dia tidak tahu kapan keputusan itu dibuat.
Sumber lain, yang telah berhubungan dengan orang-orang yang dekat dengan keluarga Xu, juga mengatakan demikian, namun namanya tidak dirilis karena takut akan pembalasan dari pihak berwenang.
Xu tidak menjawab panggilan telepon Reuters pada Selasa.
Universitas Tsinghua belum menanggapi atau mengkonfirmasi pemecatan Xu. Universitas telah menangguhkan Xu dari kegiatan mengajar sejak 2019, kata teman-temannya.
Kongres Nasional Cina dipimpin Presiden Xi Jinping dimulai Jumat, 22 Mei 2020. [XINHUA NEWS]
Awal bulan ini, Profesor Xu dijemput dari rumahnya di pinggiran kota Beijing oleh polisi, yang menggeledah rumahnya dan menyita komputernya, menurut pesan teks yang beredar di antara teman-teman Xu.
Polisi mengatakan kepada istrinya bahwa dia ditahan karena dituduh meminta pekerja seks selama perjalanan ke Chengdu, kata teman-temannya, yang menolak tuduhan itu dan menyebutnya sebagai pembunuhan karakter.
Di bawah Xi Jinping, Cina telah menekan perbedaan pendapat dan memperketat sensor.
Xu, 57 tahun, terkenal pada Juli 2018 karena mencela penghapusan batas dua masa jabatan untuk pemimpin Cina.
"Tiba-tiba, seolah-olah entah dari mana, kita memiliki 'pemimpin tertinggi' tanpa memeriksa kekuatannya; bagaimana mungkin orang tidak memiliki semua jenis imajinasi aneh dan ketakutan baru?" Xu bertanya dalam esainya, dikutip dari CNN.
Pada puncak wabah virus corona di Cina pada Februari, Xu menulis sebuah artikel yang menyerukan kebebasan berbicara. Pada Mei, ia menulis sebuah artikel yang menuduh Xi Jinping berusaha membawa Revolusi Kebudayaan kembali ke Cina.
"Kehidupan politik bangsa ini dalam keadaan runtuh dan inti etis dari sistem telah menjadi hampa," tulis Xu. Esai ini awalnya diterbitkan dalam bahasa Mandarin oleh Matters, sebuah situs berita dan komentar yang populer di kalangan intelektual liberal yang dilarang di Cina. Esai itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atas izin Xu oleh cendekiawan dan pakar Cina bernama Geremie Barme.