TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi non pemerintah Amnesty International, mengungkapkan bahwa 3000 lebih petugas medis di seluruh dunia tewas akibat pandemi Corona. Hal tersebut, menurut Amnesty International, menunjukkan parahnya perlakuan terhadap petugas medis selama pandemi Corona.
"Dengan memburuknya pandemi Corona di seluruh dunia, kami mendesak pemerintah untuk lebih serius memperhatikan kondisi petugas medis," ujar peneliti Amnesty International, Sanhita Ambast, sebagaimana dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Selasa, 14 Juli 2020.
Banyaknya petugas medis yang tewas selama pandemi Corona terungkap dalam laporan survei Amnesty International. Dalam laporannya, tercatat penyumbang angka terbesar adalah Rusia. Ada 545 petugas medis Rusia yang tewas selama pandemi Corona.
Setelah Rusia, berikutnya adalah Inggris sebagai penyumbang terbesar. Inggris hanya berselisih lima orang dengan Rusia, 540. Sebanyak 262 di antaranya adalah pekerja sosial. Di bawah Inggris, ada Amerika dengan 507 orang.
Brazil, yang kasus Corona-nya terburuk kedua setelah Amerika, melaporkan 351 petugas medisnya tewas karena pandemi. Sementara itu, Mexico, melaporkan 248 kematian.
Amnesty International menegaskan bahwa angka yang mereka sampaikan belum seluruhnya. Angka 3000 lebih tersebut baru berdasarkan kematian yang dilaporkan. Dengan kata lain, ada kemungkinan angkanya jauh lebih besar.
"Dan situasi ini lebih mengerikan ketika mengetahui bahwa Pemerintah menghukum petugas medis yang menyuarakan keluhan soal kondisi kerja mereka. Padahal, kondisi itu mengancam mereka," ujar Amnesty International. Beberapa balasan pemerintah untuk petugas medis yang memberontak adalah penangkapan, detensi, ancaman, dsb.
ISTMAN MP | AL JAZEERA