TEMPO.CO, Jakarta - Seorang laki-laki, 30 tahun, asal Amerika Serikat meninggal karena infeksi virus corona atau Covid-19. Kasus ini mendapat sorotan karena korban tertular virus mematikan itu setelah menghadiri sebuah pesta Covid-19, yang digelar seorang yang sudah terinfeksi virus corona.
Jane Appleby, Kepala Rumah Sakit Methodist, San Antonio, Amerika Serikat menekankan dari kasus ini digaris-bawahi bahwa orang-orang usia muda juga berisiko tertular virus corona. Korban yang identitasnya tidak dipublikasi ke publik itu, mengira virus corona hanyalah berita bohong, padahal kenyataannya virus ini telah menewaskan lebih dari 135 ribu orang di Amerika Serikat.
“Seseorang akan tertular penyakit ini dan mereka harus mengadakan sebuah pesta mengundang teman-teman untuk melihat apakah yang datang itu bisa mengalahkan virus ini,” kata Appleby, seperti dikutip dari ndtv.com.
Patrick Collins, seorang pendeta di First Congregational Church of Greenwich, menanam bendera putih kecil untuk menandai setiap kematian virus Corona di Connecticut, Amerika Serikat.[Patrick Collins/First Congregational Church of Greenwich/Gwinnet Daily Post]
Salah satu kalimat menyayat hati yang disampaikan korban ke perawat adalah ‘rasanya saya telah membuat sebuah kesalahan’. Korban berfikir penyakit virus corona ini adalah sebuah berita bohong. Dia berfikir, dia masih muda dan kuat sehingga tidak akan terkena virus mematikan ini.
“Orang muda itu tidak terlihat sakit, namun ketika Anda mencek level oksigen mereka dan hasil labolatorium, mereka itu benar-benar sakit – berbeda dengan penampilan luarnya,” kata Appleby.
Amerika Serikat pada Minggu, 12 Juli 2020, menekan sekolah-sekolah agar membuka kembali aktivitas belajar-mengajar secara penuh untuk musim gugur ini kendati angka penyebaran virus corona masih tinggi. Amerika Serikat sejauh ini telah menjadi negara dengan kasus virus corona tertinggi nomor satu di dunia.