TEMPO.CO, Jakarta - Video Twitter kantor berita Cina, Xinhua, memicu perdebatan di media sosial karena mengklaim batik adalah kerajinan tradisional dari Cina.
Video dari China Xinhua News, @XHNews, berdurasi 49 detik menyebut "batik adalah kerajinan tradisional yang umumnya dilakukan oleh etnis minoritas di Cina. Dengan menggunakan lilin leleh dan alat serupa spatula, orang-orang mewarnai kain dan memanaskannya untuk menghilangkan lilin. Lihatlah bagaimana kerajinan kuno berkembang di zaman modern.#AmazingChina."
Dan unggahan ini langsung diserbu warganet Indonesia dengan beragam komentar. Tapi belum genap 24 jam, akun Twitter Xinhua mengklarifikasi twit sebelumnya dengan mengatakan batik berasal dari Indonesia, namun teknik pembuatannya mirip dengan kerajinan tradisional Cina dan bagian dunia lain.
The ancient Chinese handicraft of wax printing is highly skilled and time consuming. The craft is also known as batik, a word with Indonesian origin that refers to a wax-resist dyeing technique practiced in many parts of the world. Thanks to @Kemlu_RI https://t.co/nDHJrqspqD
— China Xinhua News (@XHNews) July 13, 2020
The Batik Guild, sebuah kelompok kecil seniman batik berbasis di Inggris dan Irlandia yang dibentuk pada 1986, mengatakan batik adalah kerajinan menggunakan lilin dan pewarna yang telah dipraktikkan selama berabad-abad. The Batik Guild menyebut contoh awal batik terlacak di Asia Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, dan India sejak 2.000 tahun lalu. Namun, menurut The Batik Guild, kerajinan ini kemungkinan menyebar dari Asia ke Nusantara melalui rute karavan.
The Batik Guld mencatat Cina memiliki sejarah panjang produksi batik sejak abad keenam. Sampai sekarang batik masih dilakukan oleh orang-orang etnis minoritas di Provinsi Guizhou, di Barat Daya Cina. Orang-orang Miao, Bouyei dan Gejia, menggunakan metode merintang warna yang berbeda dari Cina Han. Ada juga berbagai sub grup di dalam minoritas Miao.
Melihat dari pengertian tersebut, apakah teknik merintang warna dengan canthing (atau alat sejenisnya) dan lilin bisa disebut batik?
Menurut Dosen Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti, yang dimaksud batik itu teknik perintang warna dengan menggunakan malam (lilin) baik dengan cap maupun canthing.
"Bathik merupakan kosakata Bahasa Jawa yang mengacu kepada kain yang sudah mengalami proses teknik merintang warna dengan menggunakan malam (lilin)," kata Widhyasmaramurti kepada Tempo, 13 Juli 2020.
Jika mengacu pada pengertian SNI No 08-0239-1989, batik adalah tekstil dengan pewarnaan menurut corak khas Indonesia, dengan menggunakan lilin batik (malam) sebagai zat perintang.
Namun, terminologi batik secara spesifik berasal dari Bahasa Jawa. Michael Hitchcock dalam bukunya Indonesian Textile menyatakan jika terminologi batik muncul di era Jawa Baru, karena kata bathik (baca batik) tidak ditemukan di kamus Jawa Kuno.
Banyak informasi yang meyakini kata mbathik (kata kerja) dari kata Mbaka Sethithik yang berarti tindakan yang dilakukan sedikit demi sedikit, maupun amba nithik, atau membatik di bidang kain yang lebar.
Kalau melihat periode sastra, kata Widhyasmaramurti, kosakata Batik muncul pada periode Jawa Baru atau diperkirakan muncul sekitar abad ke-17, dan mencapai puncak keemasannya pada Masa Batik Sudagaran atau sekitar di awal abad 20, di mana batik berkembang pesat di Indonesia.
Presiden Singapura Halimah Yacob (tengah) didampingi Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X (kanan) menyaksikan pembuatan kain batik tulis saat kunjungan di Yogyakarta, Rabu, 5 Februari 2020. Instagram/@Halimahyacob/MCI-Chwee
Kalau menurut video Xinhua yang menyebut teknik batik sebagai kerajinan tradisional Cina, Widhyasmaramurti mengatakan teknik batik sebetulnya juga dilakukan di Jepang, Afrika, India, Eropa, bahkan di Australia oleh suku Aborigin. Kalau melihat teknik tersebut, setiap daerah atau mungkin negara punya proses kurang lebih sama. Namun, karena batik identik dengan Indonesia, maka otomatis, terminologi batik mengacu kepada Indonesia.
"Kalau kita lihat dari video (Xinhua) berbeda dari canthing Jawa, kalau di Cina itu bentuknya lebih pipih dan panjang. Jadi ini lebih ke perbedaan alat saja, kalau teknik itu sama," kata Widhyasmaramurti.
"Jadi kalau misalnya Cina mengatakan ini batik dari Guizhou dan Yunan, kalau melihat teknik pembuatannya memang Cina lebih dulu dari batik di Nusantara. Tapi mungkin sebenarnya, mereka memiliki terminologi sendiri pada awalnya. Kini mereka menggunakan kata batik karena mungkin terminologi itu sudah mendunia dengan adanya pengakuan Batik sebagai Warisan Budaya Bukan Benda dari Indonesia (UNESCO)," papar Widhyasmaramurti.
Widhyasmaramurti mengatakan teknik pembuatan batik Indonesia dengan Cina sama, sama-sama menggunakan malam dan canthing, tetapi karena alat dan motifnya berbeda bisa dikatakan itu bukan batik Indonesia, tapi Batik Cina.
"Bisa disebut batik selama dilakukan dengan teknik perintang warna memakai malam (lilin). Batik itu khas, yakni harus menggunakan canthing, cap, dan malam," katanya. Di luar teknik tersebut, misalnya dengan printing atau sablon, tidak bisa disebut batik tetapi tekstil bermotif batik.