TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan teknologi, Facebook, berencana memblokir segala macam kampanye politik pada masa Pilpres Amerika nanti. Salah satu pemicunya adalah berbagai kritik yang dilayangkan ke Facebook karena mengecualikan iklan dan kampanye politik dari mekanisme cek fakta.
"Pemblokiran ini masih dalam pembahasan dan belum difinalisasi," ujar sumber di internal Facebook, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 11 Juli 2020.
Facebook, selama ini, tidak melakukan pemblokiran apapun karena khawatir dianggap mengekang kebebasan berpendapat. Namun, makin banyaknya kampanye-kampanye politik yang disinformatif di Facebook, ditambah kritikan dari berbagai pihak, membuat perusahaan milik Mark Zuckerberg tersebut mulai menimbang pemblokiran.
Puncaknya adalah 900 pengiklan memutuskan untuk memboikot iklan di Facebook. Mereka menuntut langkah tegas dari Facebook untuk menghentikan penyebaran konten atau iklan dengan nada kebencian maupun disinformasi.
Jika Facebook jadi memblokir iklan atau kampanye politik jelang Pilpres Amerika nanti, maka hal tersebut akan berdampak kepada politisi. Facebook adalah salah satu platform andalan politisi untuk memperluas pesan kampanye politiknya, apalagi di masa pandemi seperti sekarang.
Donald Trump, misalnya, pada Pilpres Amerika 2016 lalu menggunakan kemampuan targeting Facebook untuk menyasar pemilih-pemilih potensial. Banyak pihak menganggap kemenangan Trump di Pilpres Amerika terbantu kampanye di media sosial yang massif, agresif, dan tertata.
Hingga berita ini ditulis, baik inkumben Donald Trump maupun capres Joe Biden belum memberikan tanggapan soal rencana Facebook tersebut. Namun, bulan lalu, Joe Biden mengatakan bahwa Facebook idealnya melakukan cek fakta terhadap semua iklan atau kampanye politik di platformnya. Minimal, kata Biden, dua pekan sebelum Pilpres Amerika.
Direktur Digital Tim Sukses Joe Biden, Rob Flaherty, berpendapat pemblokiran iklan atau kampanye politik di Facebook tidak akan menyelesaikan masalah disinformasi. Sebab, kata ia, kebanyakan kampanye disinformasi justru berasal dari konten tidak berbayar.
"Mengingatkan saja bahwa 80 persen masalah Facebook adalah konten tidak berbayar. Apapun yang mereka lakukan terhadap konten berbayar (termasuk kampanye politik) hanyalah pengalih perhatian," ujar Flaherty.
Hal senada disampaikan Alex Stamos, mantan Eksekutif Keamanan Facebook. Ia berkata, pemblokiran ikan atau kampanye politik malah akan menguntungkan Trump yang memiliki akses besar ke industri media. Menurutnya, cek fakta adalah strategi yang lebih bagus jelang Pilpres Amerika.
"Pemblokiran kampanye politik di Facebook hanya akan menguntungkan mereka yang memiliki banyak uang dan memiliki akses ke media. Tentu kalian tahu saya mendeskripsikan siapa," ujar Stamos.
ISTMAN MP | REUTERS