TEMPO.CO, Jakarta - Prancis membentuk tiga kementerian super yang akan berada di garda depan upaya pemulihan negara itu dari pandemik virus corona. Langkah Presiden Prancis, Emmanuel Macron, tersebut sekaligus diharapkan bisa membangun kekuatan mempertahankannya dari kursi kepresidenan.
Dalam reshuffle kabinet, presiden dan perdana menteri barunya, Jean Castex, menempatkan fokus pada penanggulangan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan menghadapi pandemi virus corona. Kepala staf Macron, Alexis Kohler mengatakan Bruno Le Maire akan tetap memimpin Kementerian Keuangan.
Le Maire mendapat tugas membawa Prancis keluar dari depresi ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa. Dia pun kini dipercaya memegang kendali penuh anggaran pengeluaran Prancis.
Sejumlah pengunjung menggunakan masket saat mengunjungi menara Eiffel yang telah dibuka kembali di Paris, Prancis, 25 Juni 2020. Menara Eiffel terpaksa ditutup selama berbulan-bulan karena pandemi virus corona. REUTERS/Charles Platiau
Sedangkan Elisabeth Borne, yang berhasil menciptakan perubahan di kereta api Prancis, dipercaya memegang tanggung jawab di Kementerian Sosial dan Buruh.
Kinerja Presiden Macron dalam mengatasi angka pengangguran tengah mendapat sorotan. Macron sedang berupaya memulihkan hubungan dengan serikat pekerja dan para pemilih Prancis, setelah terjadi gelombang protes.
Mantan politisi Partai Hijau, Barbara Pompili, akan menjalankan kepemimpinan di Kementerian Lingkungan Prancis. Pompili akan mengawasi energi dan perumahan karena Macron lebih menekankan pada kebijakan hijau untuk mendorong pemulihan ekonomi dan membangun masa depan yang berkelanjutan bagi perusahaan-perusahaan, seperti Air France dan Renault.
Resuffle kabinet ini terjadi delapan hari setelah partai yang dipimpin Macron menerima kekalahan dalam pemilihan local. Sebaliknya suara untuk Partai Hijau di kota-kota besar seperti Lyon, Bordeaux dan Strasbourg mengalami kenaikan.
Macron, 42 tahun naik ke kursi kekuasaan pada 2017. Ketika itu dia berjanji akan memotong pajak perusahaan dan melonggarkan regulasi untuk mendorong pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja. Saat yang sama, dia ingin melindungi kelompok-kelompok rentan. Tetapi depresi terburuk dalam beberapa dasawarsa telah membalikkan beberapa pencapaian dan menyisakan Macron waktu 21 bulan untuk meyakinkan para pemilih Pranics bahwa reformasinya akan membuat mereka lebih baik.
Sebelum Resuffle dilakukan, Macron mengatakan janji-janji kampanyenya pada 2017 tetap penting bagi kebijakannya. Namun mereka harus beradaptasi dengan gejolak internasional dan krisis yang dialami sehingga jalan baru harus diambil.
ADITYO NUGROHO | REUTERS