TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu, 4 Juli 2020, mengumumkan pihaknya telah menghentikan uji coba obat malaria hydroxychloroquine dan kombinasi obat HIV lopinavir/ritonavir untuk mengobati pasien Covid-19 yang dirawat rumah sakit. Penghentian dilakukan karena obat-obat itu gagal mengurangi angka kematian pasien virus corona.
“Uji coba sementara ini hasilnya bahwa hydroxychloroquine dan lopinavir/ritonavir tidak banyak mengurangi angka kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit ketika dibandingkan pada standar perawatan,” demikian pernyataan WHO, seperti dikutip dari reuters.com.
WHO menjelaskan penyelidik solidaritas uji coba ini akan menghentikan percobaan obat-obat tersebut pada pasien virus corona secepatnya. Keputusan ini diambil juga atas rekomendasi komite internasional pengendalian uji coba obat virus corona.
Langkah tidak akan berdampak pada riset, di mana obat-obat tersebut digunakan pula pada pasien yang tidak rawat inap atau prophylaxis.
Baca Juga:
Sebaliknya, WHO saat ini melihat dampak remdesivir atau obat anti-virus Gilead punya potensi bagus pada pengobatan pasien Covid-19. Komisi Eropa pada Jumat, 3 Juli 2020 memberikan persetujuan bersyarat penggunaan remdesivir setelah melihat obat ini bisa memperpendek masa penyembuhan pasien Covid-19 di rumah sakit.
Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan hampir 5.500 pasien Covid-19 di 39 negara diminta ikut serta dalam uji klinis dan hasil sementara diharapkan bisa keluar dalam tempo dua pekan ke depan. Sekitar 18 dari hampir 150 eksperimen vaksin Covid-19 yang dikembangkan, sedang diujikan ke manusia.
Mike Ryan, Direktur program kedaruratan WHO pada Jumat, 3 Juli 2020, mengatakan akan sangat tidak bijak memprediksi kapan sebuah vaksin akan siap. Menurut Ryan, sebuah kandidat vaksin mungkin bisa memperlihatkan efektifitasnya pada akhir tahun ini dan pertanyaan berikutnya seberapa cepat vaksin itu bisa segera diproduksi massal.