TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe, mengundurkan diri menjelang reshuffle kabinet oleh Presiden Emmanuel Macron. Reshuffle itu sendiri merupakan bagian dari rencana Macron untuk memperbaiki kinerja dan citranya menjelang Pilpres Prancis.
"Philippe akan menangani urusan pemerintahan hingga kabinet baru terbentuk," ujar pernyataan pers Pemerintah Prancis sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 3 Juli 2020.
Nasib Philippe di Pemerintahan Prancis memang sudah tidak menentu beberapa bulan terakhir. Pemicunya tak lain adalah pernyataan Macron bahwa ia akan me-reshuffle pemerintahannya.
Macron sendiri ingin memperbaiki kinerja pemerintahannya karena performa partainya , La République En Marche! (LREM), yang buruk di Pemilihan Daerah. Partainya kalah telak dari Partai Hijau Ekologi Eropa (EELV) yang menang di kota-kota besar seperti Lyon, Bordeaux, Strasbourg, Poitiers, Besancon, dan Marseille.
Kurang lebih ada 21 bulan yang dimiliki Macron untuk memperbaiki kinerjanya. Jika gagal memperbaiki kinerja partai dan pemerintahannya, termasuk menarik suara dari sayap kiri, kans Macron untuk menang mengecil.
Dikutip dari Reuters, mundur dari administrasi Macron bukan akhir dari segalanya untuk Philippe. Walau ia mundur, ia bisa ditunjuk kembali menjadi perdana menteri oleh Macron untuk pemerintahan barunya. Namun, hingga sekarang, tidak jelas apakah Macron akan kembali memanggil Philippe.
Penasehat politik Macron, yang enggan disebutkan namanya, berkata bahwa Macron dalam posisi dilematis terkait status Phillipe. Phillipe, kata ia, adalah figur yang setia dan populer di publik, bahkan lebih dibandingkan Macron. Namun, Philippe adalah figur sayap kanan yang dikhawatirkan Macron akan mempersulit upayanya meraih dukungan sayap kiri di Prancis.
ISTMAN MP | REUTERS