TEMPO.CO, Jakarta - Duchess of Sussex atau Meghan Markle mengklaim selama hamil dia dibiarkan tak mendapat perlindungan sebagai keluarga kerajaan dari berita bohong dan berita-berita yang bisa merusak imagenya. Klaim itu berdasarkan sebuah dokumen yang bocor dan dipublikasi pada Selasa, 30 Juni 2020.
Situs english.alarabiya.net mewartakan klaim itu dibuat sebagai bagian dari kasus Meghan melawan media Inggris, The Mail.
Meghan Markel saat menghadiri Remembrance Sunday service di London, Ahad (10/11). Instagram/@sussexroyal
Meghan yang mantan aktris warga negara Amerika Serikat ini mengklaim adanya pelanggaran privasi, hak-hak perlindungan atau dan copyright atas publikasi ekstrak surat Meghan pada ayanya, Thomas Merkel, yang ditulis setelah dia menikahi Pangeran Harry.
Dalam dokumen yang bocor tersebut, Meghan menulis dia telah menjadi subjek sebuah kesalahan besar dan rusak citranya oleh media Inggris, khususnya oleh media yang digugat. Kondisi ini telah menyebabkan tekanan emosional yang sangat besar dan merusak kesehatan mentalnya.
Baca Juga:
Dokumen tersebut juga mengacu pada sebuah artikel yang diterbitkan di sebuah majalah asal Amerika Serikat, People. Dalam pemberitaan disebutkan berdasarkan lima teman Meghan yang tidak disebut identitasnya, mereka mengklaim peduli pada kondisi Meghan setelah munculnya sejumlah laporan. Media itu secara luas menyebut Meghan tidak diwawancarai dalam pemberitaan media di Inggris.
Pada Mei 2018 saat Meghan menikahi Pangeran Harry, teman-teman Meghan mengklaim momen pernikahan itu telah membantu menghasilkan US$ 1,3 miliar atau Rp 18 triliun di sektor pariwisata Inggris.
Pasangan Pangeran Harry – Meghan sudah memutuskan berhenti sebagai anggota senior keluarga Kerajaan Inggris pada tahun ini. Pasangan itu telah melancarkan perang terhadap media, khususnya tabloid. Pangeran Harry mengkaitkan hal ini sebagai kampanye kejam melawan istrinya, di mana perlakuan semacam ini mirip dengan yang dialami ibunya, Putri Diana.
Putri Diana meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil pada Agustus 1997 di Pari, Prancis. Ketika itu mobil yang ditumpanginya berusaha menghindari kejaran juru foto atau paparazzi