TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Turki akan menggelar sidang kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada Jumat ini dengan jumlah terdakwa 20 orang. Mereka adalah pejabat-pejabat Arab Saudi yang didakwa terlibat dalam kasus pembunuhan 2 tahun lalu itu.
Hatice Cengiz, tunangan dari mendiang Khashoggi, berharap persidangan esok Jumat akan membuka berbagai fakta dan bukti baru. Menurutnya, masih ada banyak hal yang belum terjawab dari kasus kematian tunangannya.
"Saya berharap persidangan ini memberikan titik terang soal keberadaan tubuh Jamal (Khashoggi) dan bukti-bukti untuk menjerat pelakunya," ujar Cengiz sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 2 Juli 2020.
Diberitakan sebelumnya, Khashoggi adalah jurnalis yang dibunuh karena sikap kritisnya terjadap kepemimpinan Pangeran Mohammed bin Salman di Arab Saudi. Ia dibunuh pada Oktober 2018 ketika berkunjung ke konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki untuk memperbarui dokumen-dokumennya. Hingga berita ini ditulis, keberadaan tubuh Khashoggi tidak terungkap.
Kasus pembunuhan tersebut merusak hubungan diplomatis antara Arab Saudi dan Turki. Selain itu, juga merusak citra internasional Pangeran Mohammed bin Salman. Beberapa pemerintah negara barat, termasuk Amerika, menyakini bahwa Mohammed bin Salman lah yang mengirim perintah pembunuhan Khashoggi.
Pada Desember lalu, Pengadilan di Arab Saudi sudah memvonis mati lima orang dan memvonis penjara tiga orang terkait kasus pembunuhan Khashoggi. Persidangan tersebut berjalan tertutup yang membuat keluarga Khashoggi tidak mengakui kebenarannya walau mereka sudah memaafkan kesalahan para pembunuh.
"Saya tidak bisa mengakui persidangan di Arab Saudi. Persidangan itu berjalan rahasia dan nama individu yang dihukum tidak diungkap ke publik," ujar Cengiz menambahkan.
Menjelang sidang di Turki, Arab Saudi memberi sinyal tidak akan bersikap kooperatif. Dalih mereka, karena Turki sendiri tidak kooperatif dengan Arab Saudi terkait pengusutan kasus Khashoggi. Delagasi Arab Saudi di PBB mengklaim Turki tidak pernah mau berbagi bukti dengan otoritas hukumnya.
"Turki lah yang tidak mau kooperatif, ujar delegasi Arab Saudi di PBB, Abdullah al Mouallimi.
ISTMAN MP | REUTERS