TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Kosovo Hashim Thaci pada Senin, 29 Juni 2020, meyakinkan siap mengundurkan diri jika pengadilan di Den Haag, Belanda, mengkonfirmasi Thaci dengan sejumlah kejahatan perang. Gugatan hukum terhadap Thaci diajukan padanya akhir pekan lalu.
Jaksa penuntut di Den Haag melayangkan gugatan melawan Thaci dengan dugaan kejahatan perang yang bertentangan dengan kemanusiaan selama perang Kosovo – Serbia pada 1998 -1999. Thaci menolak semua tuduhan yang diarahkan padanya.
“Saya sangat sakit hati, namun saya tidak patah hati. Fikiran saya berat, tapi tidak suram. Darah saya dipanaskan, tapi darah saya bersih. Belum ada dan bahkan tidak ada satu pun bukti untuk menuduh saya,” kata Presiden Thaci, seperti dikutip dari aa.com.tr.
Thaci berjanji akan berkonsultasi dengan para pemimpin politik di Kosovo dalam beberapa hari ke depan untuk mendiskusikan langkah selanjutnya yang akan diambil terkait tuduhan hukum yang diarahkan padanya. Dalam konflik Kosovo – Serbia, Thaci memimpin pasukan geriliya panji Tentara Pembebasan Kosovo.
“Surat dakwaan menuduh bahwa Thaci dan beberapa terduga lainnya adalah pelaku kriminal yang bertanggung jawab pada hampir 100 pembunuhan. Korban dari tindakan kriminal ini yang identitasnya tidak diketahui diantaranya adalah warga Kosovo-Albania, Serbia, Roma dan warga negara asing lainnya serta politikus oposisi,” demikian pernyataan Dewan Khusus.
Sebelumnya pada Senin, 29 Juni 2020, Perdana Menteri Albania Edi Rama secara tak terduga tiba di Ibu Kota Pristina, Kosovo. Di sana, Perdana Menteri Rama melakukan pertemuan dengan Thaci dan beberapa pemimpin Kosovo lainnya.