TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) Datuk Seri Anwar Ibrahim menolak pengusungan kandidat perdana menteri oposisi oleh Mahathir Mohamad dan menyebut keputusan ini sebagai politik penipuan.
Dalam sebuah unggahan Facebook pada Sabtu malam, Anggota Parlemen Port Dickson itu mengatakan politik bukan hanya tentang perebutan kekuasaan tetapi juga bagaimana hal itu akan diterjemahkan.
"Apakah itu untuk memperjuangkan rakyat atau hanya untuk melanjutkan dengan sistem yang bobrok?" katanya, seperti dikutip dari Malaymail, 28 Juni 2020.
Anwar mengklaim bahwa ada pihak tertentu yang berusaha untuk mengeksploitasi situasi politik Malaysia saat ini.
"Dalam situasi saat ini, ada orang yang memancing di perairan keruh, dan tiba-tiba ingin menjadi pahlawan. Tapi yang ingin saya tekankan adalah mari kembali ke jalur.
"Ini bukan tempat bagi politisi untuk menggunakan manuver taktis untuk merebut kekuasaan. Politik adalah tentang pemerintahan, hal-hal yang menyangkut rakyat. Apa kebijakan yang harus dikedepankan? Apakah mereka mempertahankan gaya pemerintahan yang bobrok dan korup yang menindas, seperti yang terjadi sekarang atau sebelumnya?" katanya dalam video berjudul "Tolak Politik Penipuan".
Anwar tidak menyebutkan nama tetapi unggahannya muncul setelah pernyataan mantan perdana menteri Tun Dr Mahathir Mohamad bahwa beberapa pemimpin oposisi telah mencalonkan Ketua Parti Warisan Sabah (Warisan) Datuk Seri Mohd Shafie Apdal sebagai kandidat perdana menteri oposisi.
Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah memberikan dukungannya kepada kepala menteri (setingkat gubernur) negara bagian Sabah sebagai kandidat perdana menteri oposisi.
Kepala Menteri Sabah Datuk Seri Mohd Shafie Apdal di Kota Kinabalu, Malaysia, 6 Mei 2020.[Bernama]
Pada Sabtu kemarin, Mahathir mengatakan para pendukung dan sekutunya telah sepakat mencalonkan Shafie Apdal selama pertemuan Kamis sebagai perdana menteri berikutnya.
"Saya sepenuhnya mendukung proposal ini," kata Mahathir, dikutip dari Reuters. "Yang penting adalah kita harus memiliki yang kuat agar orang-orang mengetahui posisi kita."
Pemilihan umum Malaysia berikutnya dijadwalkan pada September 2023 tetapi ada spekulasi pemilu dini akan digelar.
Dalam beberapa pekan terakhir oposisi Malaysia telah berdebat mencalonkan kandidat yang kredibel untuk bersaing dengan pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, tetapi tidak dapat memutuskan antara Mahathir atau Anwar.
Pada 2018 para politisi veteran telah bekerja sama untuk menggulingkan perdana menteri saat itu, Najib Razak, dengan Anwar dijanjikan akan menjadi penerus Mahathir.
Muhyiddin tiba-tiba diangkat sebagai perdana menteri pada bulan Maret setelah pengunduran diri Mahathir, yang membuat kisruh politik Malaysia.
Mahathir telah mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Muhyiddin karena penunjukannya mencemarkan amanat rakyat Malaysia dalam pemilu dua tahun lalu.