TEMPO.CO, Jakarta - Mahathir Mohamad mendukung Menteri Sabah, Shafie Apdal, sebagai kandidat Perdana Menteri Malaysia yang baru. Hal itu menyusul hasil pertemuan kelompok pendukung dan sekutunya pada hari Kamis kemarin.
"Saya sepenuhnya mendukung proposalnya. Apa yang terpenting sekarang adalah kami memiliki fondasi kuat agar masyarakat tahu di mana posisi kami," ujar Mahathir sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 28 Juni 2020.
Pertemuan tersebut tak hanya memastikan Shafie Apdal sebagai kandidat perdana menteri. Mukhriz Mahathir dan Anwar Ibrahim juga dipersiapkan sebagai deputi perdana menteri.
Shafie Apdal sendiri bukan figur asing di pemerintahan Malaysia. Ia, yang lahir pada 20 Oktober 1956, adalah salah satu pejabat negara pertama yang menentang rezim Najib Razak. Razak, pada akhirnya, digulingkan oleh Mahathir pada tahun 2018 lalu.
Adapun karir Shafie Apadal di politik dimulai ketika bergabung ke Partai UMNO pada tahun 1994. Kala itu, UMNO tengah membangun basis kekuatannya di Sabah untuk membantu kepemimpinan Mahathir Mohamad.
Tak lama setelahnya, Shafie Apdal maju sebagai calon anggota parlemen Sabah. Ia berhasil dan mempertahankannya selama enam periode. Prestasi itu mengantarkannya sebagai deputi di sejumlah kementerian selama Mahathir menjadi Perdana Menteri. Ia baru menjadi menteri ketika Tun Abdullah Badawi memimpin.
Ketika giliran Najib Razak memimpin, Shafie Apdal adalah salah satu kritikusnya yang vokal. Salah satunya ditunjukkan dalam kasus korupsi 1MDB di mana Najib Razak terlibat. Gerah dengan sikap Shafie Apdal, Najib Razak memecatnya.
Pemecatan oleh Najib Razak membuat Shafie Apdal menjadi dekat dengan Mahathir Mohamad. Ia membentuk Partai Warisan Sabah yang kemudian menjadi bagian dari koalisi pendukung Mahathir.
Keputusan untuk mendukung Shafie Apdal sebagai kandidat merupakan perubahan di kelompok oposisi. Sebelumnya, mereka terjebak pada pilihan apakah akan memajukan Mahathir atau Anwar.
Anwar, sebagaimana diketahui, sempat dijanjikan posisi perdana menteri ketika masa pemerintahan Mahathir Mohamad usai. Namun, konflik internal dimanfaatkan oleh Muhyiddin Yassin untuk menjadikan dirinya sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru.
Apabila tidak ada halangan, pemilihan umum di Malaysia akan digelar pada bulan September 2023.
ISTMAN MP | REUTERS