TEMPO.CO, Jakarta - Suriah terancam menghadapi krisis kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana 9,3 juta orang di negara itu kekurangan makanan. Kondisi diperparah dengan wabah virus corona yang melanda Suriah, yang meskipun sudah bisa dikendalikan namun masih bisa naik lagi.
World Food Programme (WFP) mengatakan jumlah orang yang kekurangan bahan makanan pokok di Suriah naik 1,4 juta orang dalam tempo enam bulan terakhir.
Juru Bicara WFP, Elisabeth Byrs, mengatakan harga bahan-bahan makan juga naik sampai lebih dari 200 persen dalam waktu kurang dari setahun dampak keruntuhan ekonomi Lebanon dan pengetatan kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 di Suriah.
Sejumlah pria Suriah yang berasal dari Turki, terbaring di atas kasurnya saat berada di pusat karantina, dalam pencegahan Virus Corona di kota Jisr al. -Shughour di provinsi Idlib, Suriah, 30 April 2020. REUTERS/Khalil Ashawi
Setelah sembilan tahun di kecamuk konflik bersenjata, lebih dari 90 persen populasi Suriah hidup di bawah garis kemiskinan dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Suriah, Akjemal Magtymova, mengatakan kebutuhan kemanusiaan di Suriah meningkat, di mana kurang dari separuh jumlah rumah sakit di Suriah yang beroperasi.
Baca Juga:
Situs middleeastmonitor.com mewartakan separuh dari jumlah tenaga medis sudah meninggalkan Suriah sejak konflik meletup di negara itu. Tenaga kesehatan yang tersisa sekarang terancam kejahatan penculikan dan target pembunuhan.
WHO memperlihatkan ada 248 kasus virus corona di Suriah. Ada 9 pasien meninggal karena virus corona di area yang dikuasai pemerintah Suriah. Ada 5 kasus virus corona dan 1 kasus yang berakhir dengan kematian dilaporkan terjadi di daerah yang dikuasai kelompok pemberontak.
Direktur WHO untuk wilayah timur tengah Richard Brennan mengatakan jumlah yang tercatat kemungkinan tidak sama dengan kenyataan di lapangan, yang duga akan lebih besar dari yang tercatat. Kondisi ini sungguh merugikan bagi Suriah.
Nyaris tak ada laporan kasus virus corona di area-area yang dikuasai kelompok pemberontak di utara Suriah. Di kawasan tersebut, cukup padat penduduknya dan hanya ada satu labolatorium yang beroperasi sehingga risiko terjadinya kasus-kasus baru virus corona bisa terjadi sangat cepat.