TEMPO.CO, Jakarta - Wabah penyakit terbesar kedua, Ebola, berakhir setelah berlangsung hampir dua tahun. Pemerintah Demokratik Kongo mengumumkan kabar tersebut pada Kamis, 25 Juni 2020, di mana wabah Ebola telah menewaskan lebih dari 2.200 orang di negara tersebut.
“Dibanding wabah sebelumnya, Ebola adalah salah satu wabah penyakit paling lama, paling komplek dan paling mematikan,” kata Menteri Kesehatan Kongo, Eteni Longondo, seperti dikutip dari reuters.com.
Tiga dokter di Kongo ditahan atas dugaan telah merencanakan penyerangan sebuah pusat perawatan Ebola. Sumber: TRT World
Kongo sudah 11 kali terkena wabah Ebola sejak virus ini ditemukan di sungai Ebola pada 1976. Korban jiwa akibat Ebola di Kongo hampir dua kali lipat dibanding negara lain.
Kendati vaksin yang efektif dan pengobatan sudah mendorong angka keselamatan pasien yang tertular Ebola, namun wabah penyakin ini masih terus berlanjut di Kongo, khususnya di area timur Kongo yang mengalami gejolak politik.
Hutan khatulistiwa telah dianggap menjadi tempat ‘nyaman’ bagi virus Ebola untuk berkembang. Orang yang tertular virus Ebola akan mengalami muntah dan diare. Wabah penyakit ini menyebar dengan mudah melalui cairan-cairan tubuh.
Kasus virus Ebola dikonfirmasi ada 3.463 kasus dengan 2.277 kasus berakhir dengan kematian.
“Ini tidak mudah dan kadang seperti misi yang mustahil,” kata Direktur WHO untuk wilayah Afrika, Matshidiso Moeti.
Berakhir wabah Ebola di Kongo tidak serta merta membuat negara itu terbebas tuntas. Berjarak seribu km di wilayah timur Mbandaka, wabah Ebola merebak pada 1 Juni. Sejauh ini sudah ada 24 kasus, di mana 13 kasus berujung kematian.