Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fakta Kelompok ADF yang Bunuh Tentara Indonesia di Kongo

image-gnews
Pemimpin Allied Democratic Forces (ADF) Musa Baluku (tengah) diapit oleh letnannya.[The Defense Post]
Pemimpin Allied Democratic Forces (ADF) Musa Baluku (tengah) diapit oleh letnannya.[The Defense Post]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Serma Rama Wahyudi, anggota pasukan perdamaian PBB asal Indonesia yang bertugas di Republik Demokratik Kongo (DRC), tewas dalam serangan yang diduga dilakukan oleh Allied Democratic Forces (ADF) pada Senin kemarin.

Sementara seorang anggota pasukan PBB lain terluka dalam serangan itu ketika berpatroli di sekitar 20 kilometer dari kota Beni di provinsi Kivu Utara.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengecam serangan terhadap pasukan perdamaian PBB di Kongo yang dikenal MONUSCO, dan berdukacita atas kematian Serma Rama Wahyudi, seperti dilaporkan UN News, 24 Juni 2020.

Kepala MONUSCO dan Perwakilan Khusus PBB, Leila Zerrougui, mengutuk serangan yang diduga dilakukan ADF dalam serangkaian twit, mencatat bahwa pasukan penjaga perdamaian sedang menjaga proyek pembangunan jembatan di daerah Hululu saat diserang.

Lantas siapa kelompok milisi yang menamakan diri mereka Allied Democratic Forces (ADF).

Dibentuk di Uganda, beroperasi di Kongo

ADF adalah salah satu kelompok militan tertua, namun paling sedikit diketahui di Afrika. Kelompok ini adalah sebuah cabang dari gerakan Tabliq/Salafi Uganda dari pertengahan 1990-an, dan telah menancapkan kaki di sebagian besar wilayah Kongo, menurut Africa Center.

Awalnya kelompok ini bermaksud menggulingkan rezim Presiden Uganda Yoweri Museveni, dan sebagian besar jajaran kepemimpinan seniornya adalah orang-orang Uganda.

ADF secara resmi dibentuk pada 1995 oleh Jamil Mukulu sebagai gabungan gerakan Tabliq Uganda dan sisa-sisa Tentara Nasional sekuler untuk Pembebasan Uganda (NALU).

Kelompok Tabliq Uganda didominasi oleh ulama berpendidikan Arab Saudi, sementara NALU diisi oleh tentara yang menolak integrasi ke Gerakan Perlawanan Nasional (NRM) Museveni. Akarnya, bagaimanapun, kembali ke 1991 ketika upaya keras oleh Tabliq untuk mengendalikan Dewan Tertinggi Muslim Uganda menyebabkan penahanan Mukulu dan sekitar 400 pengikutnya.

Setelah dibebaskan pada tahun 1994, mereka membentuk Yayasan Salafi dan melarikan diri ke Hoima di Uganda barat di mana mereka mendirikan pusat pelatihan. Namun pada 1995, militer menyerbu pangkalan-pangkalan Tabliq, memaksa mereka melarikan diri ke DRC, tempat mereka bergabung dengan NALU untuk membentuk ADF sebagai front multi-etnis. Aliansi baru itu menyebut diri mereka ADF/NALU, yang diisi milisi Front Tepi Nil Barat yang loyal kepada mantan diktator Uganda Idi Amin dan didukung oleh pemerintah Sudan dan Kongo.

Pasukan Kongo dan MONUSCO merebut kamp-kamp ADF pada tahun 2014 dan menemukan barang-barang militan, termasuk dokumen-dokumen dalam bahasa Arab.[NKB Oka/World Watch Monitor]

ADF beroperasi terutama di wilayah Rwenzori yang bergunung-gunung, mendapat akses ke perdagangan, memiliki kemampuan berbaur dengan masyarakat, dan peluang untuk memanfaatkan ketegangan yang sudah lama ada di kedua sisi perbatasan. Medan yang berat juga membuatnya sulit dilacak dan digempur oleh militer. Wilayah operasi ADF di DRC terkonsentrasi di sepanjang koridor Eringeti, Beni, dan Bunia, zona serangan yang membentang dari Rwenzori ke Ituri. Milisi ADF juga beroperasi di Kivu Utara, berkat hubungan oportunistik dengan milisi lokal dan asing lainnya. Selama berada di DRC, ADF telah membentuk "negara kecil" dari penjara ke sekolah, bank, dan pusat kesehatan. Namun demikian, negara itu gagal membangun diri di Uganda, sejak diusir pada 1995. Sebaliknya, ADF melakukan serangan berkala ke Uganda.

Sepak terjang di Kongo

ADF memulai teror di Uganda barat pada akhir 1990-an. Militer Uganda merespons dengan serangkaian operasi militer tanpa kompromi. Pada tahun 2003, jumlah ADF telah turun dari ribuan menjadi ratusan, dan mereka dipaksa untuk melarikan diri melintasi perbatasan ke daerah-daerah yang didominasi Nande di Kivu Utara.

Sebaliknya, di DRC (yang saat itu masih bernama Zaire) ADF sebagian besar beroperasi sendiri jika tidak secara berkala didukung oleh pemerintah Zaire. Presiden Zaire Mobutu Sese Seko melihat kelompok itu sebagai kekuatan yang berguna melawan serbuan Uganda ke Zaire dan dengan senang hati memberi mereka senjata dan intelijen. Pengganti Mobutu, Laurent Kabila, ayah dari mantan Presiden Joseph Kabila, memberikan ADF kebebasan bergerak di perbatasan atau setidaknya membuat sedikit upaya untuk menahannya, menurut International Institute for Strategic Studies (IISS).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ini membuat ADF bebas untuk terlibat dalam kemitraan jangka pendek yang menguntungkan dengan kelompok-kelompok pemberontak lainnya, untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan gelap di perbatasan dan bekerja sama dengan pihak asing lain, misalnya Sudan, yang secara teratur mengirim senjata dan dana ke ADF.

Mengadopsi ekstremisme agama

Meskipun pengaruh nasionalisme Konjo-Nande tetap ada, ADF telah berkembang mengadopsi Islam radikal yang telah membentuk identitas kelompok saat ini.

Pergeseran internal menuju hukum syariah dilaporkan dimulai pada awal 2000-an, dan ada tanda-tanda kelompok ini semakin tertarik untuk mengadopsi Islamisme militan sebagai identitas. Sebuah laporan dari Congo Research Group menemukan bahwa video yang diunggah di saluran media sosial ADF antara 2016 dan 2017 berisi bacaan Al-Quran, gambar-gambar dari indoktrinasi dan pesan propaganda, di samping serangan militan.

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa kelompok itu telah menerima dana dari warga negara Kenya yang juga membiayai ISIS. ADF juga mengadopsi nama Madinah al Tauheed Wa Mujahedeen. Kurangnya tata kelola di DRC timur telah memicu kekhawatiran bahwa ADF mungkin dapat membentuk proto-negara.

Rekrutmen

Gelombang serangan ADF disertai dengan kampanye propaganda narasi etnis dan jihad yang telah membawa calon anggota baru dari Burundi, Rwanda, Tanzania, dan Uganda, menurut Africa Center.

Populasi Muslim kecil Rwanda secara tradisional tidak ditargetkan oleh kelompok jihadis. Namun demikian, Laporan Akhir 2018 dari Kelompok Ahli PBB tentang DRC menemukan bahwa ADF telah menggunakan Rwanda sebagai titik transit untuk calon rekrutmen yang akan mengisi bentengnya di Beni. Seperti Rwanda, populasi Muslim Burundi kecil, tetapi kerentanannya terhadap perekrutan radikal telah meningkat di samping krisis politik dan keamanan yang sedang berlangsung dan militerisasi pemuda.

Gerakan ini juga memiliki sel rekrutmen di Afrika Selatan dan Tanzania, dan ada kekhawatiran meningkatkan rekrutmen di sepanjang Rwenzori. Video-video propaganda terbarunya menyerukan pembunuhan "orang-orang kafir" dan hukum Islam juga ditegakkan dengan lebih kuat di kamp-kampnya.

Seorang anggota Brigade Intervensi Pasukan PBB (FIB), selama operasi bersama MONUSCO-FARDC melawan ADF di Beni.[MONUSCO]

Pergeseran taktik ADF dari membangun ikatan dengan masyarakat lokal menjadi pembunuhan terhadap penduduk menyebabkan kebencian publik yang luas terhadap kelompok ini. Namun, kegagalan pemerintah DRC untuk menyediakan layanan, ditambah dengan kurangnya disiplin dan impunitas di antara pasukan keamanannya, telah merusak upaya untuk mengisolasi ADF secara politis. Laporan terbaru PBB menegaskan bahwa ADF mendapat bantuan dari luar, tetapi informasi spesifik tentang penyandang dana tetap tidak jelas.

Dikutip dari situs UN Security Council, pakar PBB menilai ukuran ADF pada 2018 sekitar 450 milisi bersenjata. Dengan banyak perpecahan dalam beberapa tahun terakhir, beberapa unit jauh lebih berkomitmen untuk Islamisme militan daripada yang lain.

Menurut International Institute for Strategic Studies (IISS), kelompok itu tampaknya mampu membayar para milisinya dengan relatif baik, sebuah faktor yang mungkin jauh lebih kondusif bagi perekrutan daripada ideologi apapun yang dianutnya.

Karena alasan-alasan ini, Allied Democratic Forces (ADF) sejauh ini cenderung tetap pada kamp-kampnya daripada berusaha mengendalikan warga sipil di luar kelompok.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

44 hari lalu

Penumpang tiba untuk mengambil bagasi mereka saat pembatalan penerbangan, di Bandara Internasional Midway di Chicago, Illinois, AS, 22 Desember 2022. Berdasarkan situs FlightAware, ada lebih dari 2.350 penerbangan di Amerika Serikat yang telah dibatalkan dan 2.120 penerbangan pada Jumat, 23 Desember 2022, dibatalkan. REUTERS/Matt Marton
Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

Keberadaan bangkai monyet itu diketahui setelah seekor anjing Bea Cukai mengendus sesuatu yang tidak biasa di bagasi seorang pelancong dari Afrika.


Kalahkan Kongo Lewat Adu Penalti, Timnas Afrika Selatan Rebut Posisi Ketiga Piala Afrika 2024

46 hari lalu

Pemain Afrika Selatan melakukan selebrasi. REUTERS/Siphiwe Sibeko
Kalahkan Kongo Lewat Adu Penalti, Timnas Afrika Selatan Rebut Posisi Ketiga Piala Afrika 2024

Timnas Afrika Selatan merebut posisi ketiga Piala Afrika 2024 setelah menang adu penalti 6-5 melawa Republik Demokratik Kongo.


Jadwal dan Preview Semifinal Piala Afrika 2023: Nigeria vs Afrika Selatan, Pantai Gading vs Kongo

50 hari lalu

Pemain Afrika Selatan Teboho Mokoena melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya setelah mencetak gol ke gawang Maroko dalam babak 16 besar Piala Afrika di Laurent Pokou Stadium, San Pedro, Ivory Coast, 30 Januari 2024. REUTERS/Siphiwe Sibeko
Jadwal dan Preview Semifinal Piala Afrika 2023: Nigeria vs Afrika Selatan, Pantai Gading vs Kongo

Piala Afrika 2023 memasuki babak semifinal. Dua pertandingan antara Nigeria vs Afrika Selatan dan Pantai Gading vs Kongo akan tersaji.


Italia Siap Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian ke Gaza

20 Januari 2024

Italia Siap Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian ke Gaza

Italia siap mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Jalur Gaza jika diperlukan, kata menteri luar negeri Italia Antonio Tajani


Kongo, Rwanda, dan Chad Bantah Keterlibatan dalam Rencana Israel Relokasi Warga Gaza

7 Januari 2024

Foto udara tenda pengungsian warga Palestina di Rafah, Jalur Gaza, 29 Desember 2023. Tenda-tenda di Rafah ditinggali ratusan ribu warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel di tengah konflik antara Israel dan Hamas. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Kongo, Rwanda, dan Chad Bantah Keterlibatan dalam Rencana Israel Relokasi Warga Gaza

Kongo, Rwanda, dan Chad membantah keterlibatan mereka dalam rencana merelokasi warga Palestina dari Gaza.


Kritik COP28 oleh WRI Indonesia, Global Stocktake Jadi Isu Utama

15 Desember 2023

An activist holds a sign, at a protest during the Global Day of Action for Climate Justice, coinciding with COP28, in Edinburgh, Scotland, Britain, December 9, 2023. REUTERS/Lesley Martin
Kritik COP28 oleh WRI Indonesia, Global Stocktake Jadi Isu Utama

World Resources Institute atau WRI mengadakan media briefing merespons hasil COP28 untuk Indonesia dan dunia.


Prabowo Bilang Indonesia Negara Aman, Ini Daftar Negara dengan Kriminalitas Tertinggi

13 Desember 2023

Tentara Uni Nasional Karen (KNU) berjaga-jaga saat peringatan 70 tahun Hari Revolusi Nasional Karen di Kaw Thoo Lei, negara bagian Kayin, Myanmar, 31 Januari 2019. Warga memperingati 70 tahun merdekanya konflik Karen. REUTERS/Ann Wang
Prabowo Bilang Indonesia Negara Aman, Ini Daftar Negara dengan Kriminalitas Tertinggi

Prabowo singgung Indonesia masih aman, damai, dan terkendali


Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Terkena Tembakan Pasukan Israel

26 November 2023

Kendaraan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melaju di Khiam, dekat perbatasan dengan Israel, di Lebanon selatan 9 Oktober 2023. REUTERS/Aziz Taher
Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Terkena Tembakan Pasukan Israel

Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Sabtu terkena tembakan militer Israel


Top 3 Dunia: Pasukan Perdamaian PBB, Saudi Boikot Senjata ke Israel, Cina Damprat Israel

25 November 2023

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan. REUTERS/Mike Segar
Top 3 Dunia: Pasukan Perdamaian PBB, Saudi Boikot Senjata ke Israel, Cina Damprat Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 24 November 2023 masih didominasi oleh serangan brutal Israel ke Gaza.


Gencatan Senjata Tak Jamin Israel Hentikan Serangan, Dosen Unair: Kerahkan Pasukan Perdamaian PBB

24 November 2023

Jenazah warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel dimakamkan di kuburan massal, setelah mereka diangkut dari rumah sakit Al Shifa di Khan Younis di selatan Jalur Gaza 22 November 2023. REUTERS/Mohammed Salem
Gencatan Senjata Tak Jamin Israel Hentikan Serangan, Dosen Unair: Kerahkan Pasukan Perdamaian PBB

Menurut dosen Unair, pasukan perdamaian PBB sebaiknya diterjunkan ke Gaza untuk hentikan pembantaian setelah gencatan senjata selesai.