TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan dilonggarkannya pembatasan sosial, Uni Eropa tengah membahas pendatang dari negara non-Eropa mana saja yang akan diperbolehkan masuk. Perkembangan terbaru, Eropa akan melarang pendatang dari benua Amerika untuk saat ini.
Hal tersebut menimbang situasi pandemi virus Corona (COVID-19) di benuya Amerika yang terus memburuk. Amerika Serikat, misalnya, tercatat memiliki 2,4 juta kasus dan 123 ribu kematian akibat virus Corona.
"Kriteria yang menjadi pembahasan adalah sirkulasi dari virus. Uni Eropa ingin mencegah pendatang-pendatang dari negara yang sirkulasi virus Corona-nya bergerak aktif," ujar seorang diplomat Uni Eropa, yang enggan disebutkan namanya, sebagaimana dikutip dari CNN, Rabu, 24 Juni 2020.
Selain Amerika Serikat, yang kemungkinan juga akan dilarang masuk adalah Brazil. Brazil berada di urutan kedua negara paling terdampak Corona. Mereka tercatat memiliki 1,1 juta kasus dan 52 ribu korban meninggal.
Diplomat tersebut melanjutkan bahwa keputusan Uni Eropa nanti sifatnya lebih seperti rekomendasi. Dengan kata lain, tidak bersifat wajib dipatuhi. Jika ada negara Eropa yang merasa aman menerima pendatang Amerika, maka resiko ditanggung negara itu. Ia menyarankan negara-negara Eropa mengecek daftar pertimbangan Uni Eropa yang dirilis pada 11 Juni lalu.
Sejauh ini, kata diplomat tersebut, belum ada negara yang memastikan akan menerima pendatang dari mana saja. Bahkan, beberapa negera merasa tidak nyaman menerima pendatang karena ancaman gelombang kedua Corona semakin nyata.
"Bahkan, ada yang tidak mau membuka perbatasan sama sekali," ujar diplomat tersebut, dikutip dari CNN.
Menanggapi kabar yang beredar, Kementerian Luar Negeri Amerika menyatakan bahwa mereka terus berkoordinasi dengan Uni Eropa. Mereka menyarankan warga Amerika, yang ingin berpergian ke luar negeri, untuk terus memantau situs Kedubes Amerika di negara tujuan agar mendapatkan perkembangan terbaru.
"Kami berkomitmen untuk berkoordinasi dengan rekan dan sekutu kami di Eropa seiring dengan kami berencana untuk meringankan pembatasan," ujar Kementerian Luar Negeri Amerika dalam pernyataan persnya.
ISTMAN MP | CNN