TEMPO.CO, Jakarta - Johns Hopkins University mengkonfirmasi bahwa kasus virus Corona (COVID-19) di berbagai negara sudah lebih dari 9 juta dengan jumlah kematian 474 ribu. Mereka memprediksi angka tersebut akan terus meningkat. Bahkan, berbagai negara sudah mulai bersiap-siap untuk gelombang kedua pandemi Corona.
Salah satu negara yang sudah mulai bersiap-siap adalah Jerman. Meski awalnya mereka terlihat berhasil mengendalikan pandemi, kluster baru muncul ketika lockdown dilonggarkan. Sekarang, mereka berlomba dengan waktu untuk segera mengendalikan wabah di cluster tersebut.
Baca Juga:
"Negara bagian Jerman, North Rhine-Westphalia, telah menerapkan lockdown di area sekitar pabrik daging Toennies," sebagaimana dikutip dari CNN, Selasa, 23 Juni 2020.
Jumlah pekerja pabrik tersebut, yang dinyatakan positif tertular Corona, ada 1553 orang. Untuk total nasional, Jerman mencatatkan 192 ribu kasus dan 8.900 korban jiwa.
Hal senada terjadi di Korea Selatan. Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencagahan Penyakit Korea (KCDC) menyatakan bahwa gelombang kedua pandemi Corona sebenarnya telah dimulai. Mereka menyakini hal tersebut terjadi sejak bukan Mei, ketika musim liburan Korea.
Situs Johns Hopkins University menunjukkan, Korea Selatan memiliki sekitar 12.4 ribu kasus Corona. Korban jiwa mencapai 281 orang dengan sekitar 10.9 ribu orang berhasil sembuh.
“Di area metropolitan, kami meyakini bahwa gelombang pertama terjadi pada Maret hingga April dan Februari ke Maret,” kata Jeong Eun-kyeong, direktur KCDC, seperti dilansir Reuters.
India, yang berada di posisi keempat negara paling terdampak Corona, mencatatkan 100 ribu kasus baru dalam delapan hari terakhir. Total, ada 441 ribu kasus dan 14 ribu korban meninggal akibat Corona di India. Uniknya, hal tersebut tidak mencegah India untuk menggelar Festival Rath Yatra.
Brazil juga menjadi sorotan. Tiap harinya, rata-rata ada 1000 orang meniggal akibat virus Corona di sana. Senin kemarin, ada 654 kematian baru, menjadikan total korban meninggal ada 51.271. Buruknya situasi di Brazil diperparah telatnya dan kurang tegasnya Presiden Jair Bolsonaro merespon pademi Corona.
ISTMAN MP | CNN | REUTERS