TEMPO.CO, London - Seorang pemimpin demonstrasi Black Lives Matter meminta audiensi dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada Sabtu, 20 Juni 2020.
Aktivis bernama Imarn Ayton, 29 tahun, ini meminta pemerintah untuk mengganti penasehat politik yang ditunjuk untuk memimpin komisi baru yang menyelidiki ketidak-setaraan ras di sana.
“Saya berada di sini setiap hari. Saya adalah orang yang memimpin aksi protes 20 ribu orang,” kata Imarn Ayton, 29 tahun, yang juga berprofesi sebagai aktris, seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 20 Juni 2020.
Sejumlah demonstran berkumpul di taman kota Hyde Park di London sebelum menggelar aksi demonstrasi Black Lives Matter ke sekian kalinya dalam dua pekan terakhir.
“Setiap orang berhubungan dengan saya kecuali Boris. Jadi saya ingin berbincang dengannya,” kata Ayton.
Aksi demonstrasi BLM ini merebak di Amerika Serikat dan berbagai negara di dunia setelah seorang pria kulit hitam bernama George Floyd, 46 tahun, tewas setelah ditangkap seorang polisi kulit putih di Minneapolis, Amerika Serikat, pada 25 Mei 2020 seperti dilansir CNN.
Polisi bernama Derek Chauvin menangkap Floyd setelah ada laporan dari petugas mart bahwa Floyd membeli rokok dengan menggunakan uang palsu.
Chauvin, yang menangkap Floyd di mobilnya sempat menindih leher belakang pria kulit hitam ini selama nyaris sembilan menit di atas aspal jalanan.
Ini membuat Floyd berkata berulang kali bahwa dia tidak bisa bernapas. Seorang pejalan kaki merekam tindakan Chauvin ini dan mengunggahnya di sosial media sehingga viral.
Warga Inggris merespon kejadian ini dengan turun ke jalan sejak dua pekan terakhir.
Ada puluhan ribu warga yang telah berdemonstrasi menolak rasisme di sejumlah kota di Inggris termasuk Ibu Kota London.
Pada demonstrasi Sabtu, 20 Juni 2020, ada sekitar 2 ribu orang turun ke jalan di London.
Para peserta demonstrasi terlihat berjalan bersama, menari, dan meneriakkan slogan diiringi tabuhan drum saat berjalan melewati depan gedung parlemen menuju lapangan Trafalgar Square.
