TEMPO.CO, Jakarta - India dan Cina memperkuat garis batasnya di lembah Galwan usai terlibat perkelahian berdarah pada Senin lalu. Hal itu terungkap dari citra satelit yang menangkap penambahan personil di kawasan pemisah Ladakh (India) dan Xinjiang (Cina) tersebut.
"Kami memiliki bukti kredibel bahwa baik Cina maupun India sama-sama memperkuat posisinya di garis perbatasan masing-masing," ujar International Institute for Strategic Studies (IISS) sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Jumat, 19 Juni 2020.
IISS menyampaikan, citra satelit itu mereka dapat pada hari Selasa kemarin, sehari setelah perkelahian antara India dan Cina terjadi. Dari data yang mereka dapat, penambahan personil terlihat dari jumlah truk militer yang hadir di lembah Galwan.
Di sisi India, tampak ada 30-40 truk militer yang hadir di lembah Galwan pasca perkelahian. Sementara itu, di sisi Cina, ada 100 truk militer.
Dengan menghitung jumlah truk yang ada, IISS memperkirakan Cina menambah jumlah personilnya sekitar 1000-1500. Sebelum perkelahian terjadi, jumlah personil militer Cina diperkirakan kurang 500-600 orang.
"Cina juga telah memobilisasi personil dari 6th Mechanised Division yang berada di Xinjiang untuk memperkuat perbatasan. Namun, mereka ditempatkan lebih jauh di belakang," ujar pernyataan IISS dari South China Morning Post.
Hal senada disampaikan oleh Direktur East Asia Non-Proliferation Programme di Middlebury Institute of International Studies, Jeffrey Lewis. Dikutip dari Reuters, Lewis mengatakan bahwa Cina tidak hanya memperkuat perbatasan, namun juga membangun infrastruktur di lembah Galwan. Beberapa di antaranya adalah jalan raya serta waduk.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui apa penyebab pasti perkelahian yang menwaskan 20 tentara India itu. Klaim India bahwa perkelahian dipicu Cina yang mengirim 10 ribu tentara untuk melanggar batas, menurut IISS, tidak berdasar dan tidak benar.
ISTMAN MP | SOUTH CHINA MORNING POST | REUTERS