TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Rusia akhirnya mengangkat larangan penggunaan aplikasi Telegram di sana. Dikutip dari Reuters, keputusan tersebut diambil Rusia setelah gagal mencoba membatasi aksesnya.
Sejumlah pihak melihat keputuan Pemerintah Rusia tersebut sebagai tanda menyerah. Namun, badan pengawas komunikasi Rusia, Roskomnadzor, mengatakan bahwa keputusan itu diambil karena penemu Telegram, Pavel Durov, telah sepakat untuk mensupplai informasi terkait terorisme dan ekstrimisme dari platform yang ia buat.
"Roskomnadzor mencabut pembatasan akses ke Telegram setelah memmbuat kesepakatan yang melibatkan kantor Kejaksaan Agung," ujar Roskomnadzor dalam keterangan persnya, Kamis, 18 Juni 2020.
Dikutip dari Reuters, kurang lebih dua tahun Pemerintah Rusia mencoba membatasi akses ke aplikasi Telegram. Hal itu dipicu keengganan Pavel Durov memberi akses kepada Rusia untuk mengambil rekaman percakapan di Telegram. Menurut Durov, hal tersebut alah pelanggaran privasi publik.
Lucunya, selama dua tahun mencoba membatasi akses publik ke Telegram, Rusia tidak pernah berhasil melakukannya. Pemblokiran alamat IP oleh Rusia pun gagal menghalangi Telegram berkembang di sana. Apa yang terjadi malah Telegram menjadi semakin besar dan ironisnya mulai dipakai oleh berbagai instansi pemerintah.
Peristiwa serupa pernah terjadi di Indonesia di mana Pemerintah Indonesia ingin mendapatkan akses terhadap percakapan di Telegram. Hal itu mengacu pada temuan Kepolisian bahwa banyak organisasi radikal menggunakannya untuk berkoordinasi. Belakangan, Telegram sepakat bekerja sama dengan Indonesia setelah Pavel Durov datang langsung ke Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Hingga berita ini ditulis, belum ada komentar apapun baik dari Durov maupun Telegram.
ISTMAN MP | REUTERS