TEMPO.CO, Jakarta - Carlos Castilla, Uskup Agung di Ibu Kota Lima, Peru, mengizinkan gerejanya dipenuhi lebih dari 5 ribu foto para korban meninggal virus corona. Castilla pada misa Minggu, 14 Juni 2020, memberikan penghormatan pada para korban.
Para pengurus gereja menghabiskan waktu berhari-hari untuk memasang foto pasien virus corona yang meninggal di 84 bangku gereja dan ribuan lainnya di sudut lain gereja. Di antara foto para korban meninggal karena virus corona adalah dokter, petugas kepolisian, petugas pemadam kebakaran, petugas kebersihan dan anak-anak.
Carlos Castilla, tengah, Uskup Agung di Ibu Kota Lima, Peru, memberikan penghormatan pada lebih dari 5 ribu pasien meninggal virus corona, Minggu, 14 Juni 2020. Sumber: Reuters/mirror.co.uk
Misa untuk para korban meninggal itu ditayangkan secara langsung di televisi. Castilla dalam kesempatan itu mengkritisi sistem Kesehatan di Peru yang disebutnya hanya berdasarkan keegoisan dan bisnis semata, bukan belas kasih dan solidaritas kepada masyarakat.
Castilla pun menyerukan kepada seluruh masyarakat Peru agar bersatu dalam momen paling berat ini, di mana dampaknya ekonomi Peru terkontraksi sampai 12 persen.
“Akan sangat mengerikan pula jika dalam beberapa waktu ke depan ada ribuan foto lagi orang-orang yang meninggal karena kelaparan,” kata Castilla, seperti dikutip dari mirror.co.uk.
Data dari Universitas John Hopkins di Amerika Serikat menyebut setidaknya 6.400 pasien virus corona di Peru meninggal. Di negara itu, ada 225 ribu kasus virus corona sehingga menempatkan Peru sebagai salah satu negara paling terpukul oleh wabah virus corona di Amerika Selatan setelah Brazil.
Kendati masuk daftar salah satu negara paling terpukul oleh virus corona, Presiden Peru Martín Vizcarra tetap mendapat pujian dari masyarakat karena langsung memberlakukan lockdown ketat. Dia pun menggelontorkan paket bantuan ekonomi untuk menolong masyarakat yang harus tetap berada di rumah selama lockdown.
Vizcarra juga bersikap terbuka dengan mengunggah detail data Kesehatan dan mendorong rumah sakit-rumah sakit agar menyediakan lebih banyak tempat tidur bagi pasien, alat bantu nafas ventilator dan melakukan lebih banyak tes virus corona. Akan tetapi, respon Presiden Vizcarra ini dianggap sebagai korupsi dan dampak dari kesenjangan warga di Peru yang sudah mengakar.
“Mereka meminta masyarakat agar tetap di rumah saja, namun banyak orang tak punya tabungan. Jadi, ini sangat mustahil. Mereka meminta masyarakat untuk mencuci tangan, tapi satu dari tiga keluarga di Peru tak punya akses air bersih,” kata Hugo Ñopo, yang bekerja di sebuah perusahaan penelitian di Peru.